Summary : Ini adalah project cerita berantai di The Westlife Author yang dikerjakan oleh berbagai macam author yang ada disana. Enjoy :)
Friendship and Alliance - Part 5
Kian, Bryan, Mark, dan Nicky berjalan bersama menaiki
satu per satu anak tangga. Perpustakaan, itulah yang mereka tuju. Sesuai
kesepakatan mereka, mereka akan pergi ke perpustakaan sore ini. Perpustakaan
itu terletak di lantai tiga sebuah kastil. Tak jauh dari istana.
“Kreeekkk!” Bryan membuka pintu masuk menuju
perpustakaan yang cukup besar itu.
“Woow, perpustakaan ini besar sekali!” Nicky
terkagum-kagum. Di lihatnya sekeliling perpustakaan itu. Terdapat rak-rak besar
berjejer di ruangan itu dengan buku-buku yang tersusun rapi. Sore seperti itu,
perpustakaan itu sepi. Orang-orang istana saat sore memang sibuk menjalankan
aktfitas masing-masing. Berbeda ketika waktu pagi atau pun siang. Dan memang
saat sepi seperti itulah yang diinginkan mereka. Karena jika sepi, mereka akan
bisa lebih fokus untuk mencari sesuatu yang mereka ingin dapatkan.
“Aku sendiri tak menyadari perpustakaan ini sebesar
ini.” kata Kian yang kemudian mulai berjalan menuju rak buku yang berada di
sudut paling kiri dan diikuti Bryan, Mark, dan Nicky. Tangannya kini mulai meraba
setiap buku yang ada di sana. Dibacanya tiap judul buku yang disentuhnya dengan
teliti. Ah, berada diperpustakaan seperti ini memang terasa janggal untuknya.
Andaikan tiap buku yang di sentuhnya bisa menghasilkan nada harmonisasi,
mungkin Kian akan mengunjungi perpustakaan itu setiap hari.
“Mengapa kalian hanya mengikuti di belakangku?
Bukankah lebih baik jika kita berpencar?” Kian melirik Mark, Bryan, dan Nicky
yang malah menunjukkan senyuman polos mereka.
Kian, Bryan, Mark, dan Nicky kini berpencar mencari
buku mantra di setiap sudut rak perpustakaan. Sudah hampir dua jam mereka
mencarinya, tetapi nihil. Tak satu pun buku yang mereka temukan isinya memuat
tentang mantra yang mereka cari. Hal itu membuat mereka mulai putus asa. Lagi
pula perpustakaan sebesar itu rasanya tak mungkin bukunya bisa mereka jelajahi
dalam satu hari. Apalagi ada buku yang diletakkan di rak bagian atas setinggi
tiga meter yang tentu saja sulit untuk mereka jangkau mengingat mereka juga
masih anak-anak dan tinggi mereka masih berkisar antara 150an.
“Hoaaahh...!!!” Mark mulai menguap. Ia mengantuk
sekali. Bosan rasanya berada di perpustakaan seperti itu. Ia duduk di dekat
sebuah rak dan menyandarkan punggungnya di rak yang berada di belakangnya.
Matanya yang mulai sayup ingin segera dipejamkan, tiba-tiba tak sengaja
menangkap kerlip sinar hijau yang berada di bagian paling atas rak buku di
depannya. Ia mengucek matanya dan kemudian berdiri untuk melihat lebih jelas
sinar kecil dari benda apa yang tadi dilihatnya. Kerlip sinar hijau itu terus
saja bersinar.
“Kian, Bryan, Nicky kemarilah!” Mark berteriak
memanggil mereka. Segera saja Kian, Bryan, dan Nicky bergegas menghampiri Mark.
“Kalian lihat itu?” Mark menunjuk kerlip sinar hijau
itu dan dijawab anggukan oleh ketiga temannya.
“Apakah mungin itu adalah kerlip sinar yang berasal
dari benda ajaib?” Tanya Mark yang membuat ketiga temannya saling berpandang
tanda juga penasaran.
“ Bisakah kalian lebih menegakkan tubuh kalian?” ucap
Nicky dengan tangan menggapai-gapai ke sebuah buku pemilik kerlip sinar hijau
tadi. Ya, Bryan, Mark, Kian, dan Nicky kini sudah seperti formasi anak yang
akan mengikuti lomba panjat pinang dengan Bryan diposisi paling bawah diikuti
dengan Mark, Kian, dan Nicky di posisi paling atas. Dengan posisi seperti itu
tentu Bryan adalah pihak yang paling dirugikan. Tapi sekali-kali tak apa lah.
“Yes, i got it!” teriak Nicky tersenyum senang.
“Haattchimm..!!!” mendadak Nicky bersin. Hal itu
membuat posisi keseimbangan mereka goyah. Dan “BrruuKKk!!!” seperkian detik
Bryan menahan agar mereka tidak jatuh, ternyata jatuh juga. Tentu saja Bryan
juga yang paling merasa kesakitan. Dia tertimpa ketiga temannya sekaligus.
Sambil masih menahan kesakitan, dengan antusias mereka
ingin segera membuka buku yang di pegang Nicky. Sampul depan buku itu terdapat
sebuah diamond kecil, ya dari situ lah kerlip sinar tadi berasal. Buku yang
cukup besar dan tebal dan tampak usang itu terikat oleh akar-akar dari pohon
akasia. Nicky kemudian mengusap-usap sampul buku berdebu itu dan meniupnya agar
debunya benar-benar hilang. “Mhantroufhucio” bersama-sama mereka membaca
tulisan besar yang terdapat di sampul buku itu. Judulnya aneh, namun membuat
mereka semakin penasaran.
Tangan Nicky kini mulai menjamah akar-akar akasia yang
mengikat buku itu. Ditariknya akar itu kuat-kuat agar terlepas. Namun, akar itu
terlalu kuat. Hingga telapak tangan Nicky memerah saking kuatnya ia
mencengekeram, akar-akar itu tak mau terlepas. Kemudian Kian, Bryan, dan Mark
pun tak mau ketinggalan untuk berusaha melepasnya. Namun sama seperti Nicky,
akar-akar itu tak mau terlepas.
“Hhihihihi...akar-akar itu tak akan mau terlepas jika
kalian membukanya seperti itu.” Tiba-tiba sebuah suara seperti seorang gadis
kecil terdengar. Membuat mereka saling berpandangan. Penasaran dari aman suara
itu berasal. Dan kemudian mereka baru menyadari bahwa suara itu berasal dari
gambar peri kecil yang terdapat di sampul buku itu. Ya, gambar itu entah
bagaimana ternyata bisa berbicara bahkan bisa bergerak. Namun, tak bisa muncul
keluar dari sampul buku.
“Lalu bagaimana kami harus membukanya?” tanya Bryan.
“Gosok perlahan diamond itu hingga semua akar-akarnya
terlepas.” Pintanya.
Kian pun langsung melakukan hal yang dipinta gambar
peri kecil itu. Benar saja, ketika perlahan-lahan ia menggosoknya, satu persatu
akar-akar akasia itu terlepas. Membuat Kian, Bryan, Mark, dan Nicky takjub.
Kian pun kini membuka buku itu. Aneh, itulah kesan
pertama yang mereka rasakan. Isi buku itu di tulis dengan huruf yang sama
sekali tak dimengerti oleh mereka. Bahkan baru kali ini mereka melihat ada
huruf seperti itu.
“Peri, buku ini mengapa ditulis dengan huruf seperti
ini? kami sama sekali tak mengerti.” Keluh Mark.
“ Prinzigle. Panggil aku Prinzigle!” koreksi gambar
peri kecil yang ternyata bernama Prinzigle itu.
“Okey, Prinzigle. Lalu bagaimana ini?” kali ini Kian
membuka suara.
“Apakah kalian belum mengetahui sama sekali sejarah
buku keramat ini?” dengan serempak mereka berempat menggelengkan kepala.
“Buku ini di tulis oleh Gryft Amaziqueto di abad ke-8
dengan huruf leafrouzhe. Berisi mantra-mantra yang akan membuat kalian bisa
melakukan hal apa pun dengan mudah. Namun, tak mudah juga untuk mempelajarinya.
Untuk membacanya saja kalian harus memakan daun berwarna ungu dari pohon
frouzhe tree terlebih dahulu. Kalau tidak, selamanya kalian tidak akan bisa
membacanya. Tapi sekali kalian memakan daun itu, selamanya juga kalian akan
bisa membaca buku ini.” Jelas Prinzigle yang membuat mereka berempat takjub
sekaligus semakin bingung.
“Lalu dimana kita bisa mendapatkan daun itu? Rasanya
aku belum pernah mendengar ada nama pohon seperti itu.” Nicky kembali angkat
bicara disertai anggukan dari ketiga temannya.
“Dangerzard. Kalian bisa mendapatkannya di sana.”
“Dangerzard? Itu kan hutan terlarang.” Bryan terkejut.
Mata dan mulutnya membulat seketika.
*****
Kian,Mark, Bryan, dan Nicky keluar dari perpustakaan
dengan penuh rasa kebimbangan. Dangerzard, mengapa harus berhubungan dengan
tempat itu untuk mempelajari mantra yang ada di dalam buku Mhantroufhucio.
Menurut mitos, tempat itu benar-benar berbahaya. Hingga sejak ratusan tahun
lalu tak ada yang berani menjamahnya. Sekali mereka masuk, belum tentu mereka
bisa keluar.
“ Huft, bagaimana ini?” keluh Mark “ Ibuku benar-benar
melarangku untuk pergi ke hutan itu. Menurut cerita ibuku, di dalam hutan itu
terdapat makhluk yang sangat mengerikan. Ada makhluk besar berkepala babi hutan
tetapi tubuh dan kakinya berwujud gurita. Apakah itu tidak menyeramkan? Aku
membayangkan saat kita pergi kesana, walau pun kita lari kita tetap akan
tertangkap oleh tangan-tangannya yang banyak dan panjang itu.” Mark menunjukkan
ekspresi ketakutan. Seketika wajahnya berubah seolah habis melihat hantu.
Membuat Kian, Bryan, dan Nicky pun juga ikut ketakutan.
“ Tapi kasihan Shane jika kita tidak membantunya. Dia
kini sendirian dan harus menanggung kutukan itu. Hanya kita harapan
satu-satunya.” Kata Bryan menunjukkan rasa ibanya.
“Aku saja yang akan kesana.” Kata Nicky kemudian.
Mark, Kian, dan Bryan pun menoleh ke arahnya.
“Tapi kau tidak bisa hanya sendiri. Aku akan
bersamamu.” Bryan berdiri dan menepuk pundak Nicky.
“Aku juga akan ikut.” Tambah Kian.
“Tapi kau kan pangeran? Bukankah jadwalmu setiap hari
penuh? Kau akan mendapat pengawasan yang ketat di setiap gerak-gerikmu.” Kian
menghela nafas. Benar juga yang dikatakan Bryan.
“Ya sudah biar aku dan Bryan saja yang pergi.” Ucap
Nicky sambil tersenyum ke arak Kian.
“Tapi...!”
“Sudah lah Kian. Kami akan baik-baik saja. Kau lupa
aku adalah anak paling pintar kalau masalah berpetualangan. Ayahku juga pernah
mengajarkanku perang melawan musuh. Dan aku kan punya pedang pemberian ayahku
yang tentu saja bisa melindungi kami.” Bryan menenangkan Kian.
“Aku juga telah dibekali pedang oleh ayahku karena aku
sering keluar sendirian.” Tambah Nicky yang akhirnya membuat Kian lebih tenang.
“ Dan kau Mark, aku tahu ketakutanmu lebih besar dari
kami. Daripada kau nanti pingsan di sana dan merepotkan kami, lebih baik kau
tak usah ikut.” Kali ini Bryan tersenyum ke arah Mark.
“Okey, besok pagi kita akan menuju Dangerzard agar
kita tidak kemalaman saat pulang.” Nicky merangkul Bryan yang diiringi anggukan
oleh Bryan.
TBC Part 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
feed my blog nyoo !!