2 Agu 2012

Catch My Breath - Part 5 *My Angel Wings*


-My Angel Wings-

Prev : Part 1Part 2Part 3Part 4

     Samar-samar  aku mendengar nyanyian sebuah lagu yang sudah sangat familiar di telingaku
         
 I believe in angels something good in everything I see (everything I see yeah) I believe in angels (I believe in angels) when I know the time is right for me (time is right for me) I’ll cross the stream. I have a dream’
     Suaranya terdengar lembut. Akupun menelusuri sumber suara tersebut. Seperti takdir yang sudah dituliskan oleh tangan tuhan aku menemukan kamar 103 yang sedang kucari, dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah menemukan seseorang yang berada di dalam situ. Seorang gadis cantik dengan rambut pirang terkuncir mengenakan jas putih bersih, duduk dikelilingi oleh anak-anak kecil yang sepertinya pasien kamar tersebut. Dia tampak asyik menyanyikan lagu tersebut, disertai dengan penonton kecil yang setia mendengarkannya. Aku mengintip dari jendela pintu, menikmati tiap detikku memandanginya wajah cantiknya yang mungkin dalam keadaan normal tidak bisa kulakukan karena hanya bagian punggungnya yang dapat kulihat meninggalkan diriku lengkap dengan muka cemberutnya.

     Aku terus memerhatikannya, rambutnya yang pirang panjang yang terkesan dikuncir apa adanya tampak berkilau tertimpa cahaya matahari yang dengan malu-malu menyelinap dari celah jendela kamar tersebut. Mata hijaunya yang memberi kesan tajam dan lembut dalam waktu yang bersamaan. Terkadang tatapannya bisa begitu tajam seperti mengX-rayku, tapi juga bisa terlihat begitu lembut bagai malaikat seperti saat ini. Bibir merahnya terlihat mempermanis dirinya, ditambah kulitnya yang putih bersih. Dia gadis yang sempurna, maybe she more beautiful than angel in heaven. Oh god, how much I fallinlove with her ??
     Aku masih memerhatikannya, diapun tidak juga menyadari kehadiranku karena terlalu asyik dengan anak-anak tersebut. Aku menikmati waktu-waktu langkaku ini. Hingga tidak menyadari akan kehadiran seseorang. Dari arah lift keluar ibu dan anak, aku memerhatikan mereka wajah anak kecil tersebut terasa familiar bagiku. Kupandangi saja dia lekat-lekat. Ahhhh, ternyata dia anak kecil yang berduet dengan Shane tadi. Mereka tampak bergandengan tangan. Wajahnya terlihat bersemangat dan juga riang, dia tampak berceloteh panjang lebar yang hanya bisa ditanggapi dengan senyum pasrah dari ibunya.
           “maaa…..” serunya memecahkan lamunan ibunya
           “yaa, sayang kenapa ??” tanya ibunya tetap tidak bisa menyembunyikan wajah cemasnya
           “maa kok diam aja daritadi noah ajak ngobrol” tanyanya dengan mimik kesal
           “. . . . . .” ibunya hanya bisa terdiam
           “maaa” panggilnya lagi sambil menarik-narik baju ibunya “maa kenapa ?? noah nakal ya ?? noah gak jadi anak baik ya tadi ??” anak itu mulai berkaca-kaca.
     Seketika itu juga ibunya ambruk ke lantai dan menangis, dia terlihat seperti orang yang putus asa. Kemudian dia memeluk anaknya tersebut, tak ayal hal ini membuat anak tersebut takut dan kebingungan. Dia mulai menangis
           “maa, maa kenapa ?? maa kok nangis ?? noah gak jadi anak baik ya tadi ??” ibu itu semakin mempererat pelukannya dan segera menghentikan tangisannya lalu mengecup dahi anaknya tersebut.
           “maaf ya sayang” ucapnya masih sambil mengelus kepala anaknya “kamu jadi anak baik kok tadi, sudah maafkan maa yaa” ucapnya sambil mencoba menghentikan tangis anaknya tersebut.
     Akhirnya tangis anak itu berhenti “maa, kita mau pulang kapan ??” ibu itu tampak murung mendengar pertanyaan anaknya tersebut.
           “maaf sayang, kamu masih harus dirawat disini lagi” jawab ibu itu dengan muka sedih.
     Anak itu pun terdiam, dan tiba-tiba saja dia berlari kearahku. Hampir menabrakku tapi aku buru-buru menghindar agar tidak tertabrakan olehnya. Ibu anak itu tampak khawatir melihat reaksi dari anaknya tersebut. Kemudian anak itu membuka pintu kamar tempatku memperhatikan Sharon tadi. Dia langsung menghampiri sekumpulan anak tadi yang sedang asyik mendengarkan Sharon bernyanyi.
           “wahhhhhhhhhhhhhhh” dia berteriak. Aku terkejut melihat ekspresi di wajahnya, tidak ada ekspresi sedih atau kecewa yang tampak hanyalah ekspresi senang. Anak yang unik.
           “noahhhhhhh” sorak anak-anak tersebut dengan kompak. Sepertinya Noah ini bukan pasien baru disini.
           “kamu dirawat lagi ??” tanya salah satu anak bewajah oriental yang tampak lebih besar daripada noah.
           “iyappp, Lee !!” senyumnya
           “asyikkkkkkk, bakal rame deh kamar ini. Kalau gak ada noah jadi sepi” jawab anak berambut coklat
           “hehehehehe, iyakah Conan ??” tanyanya dengan wajah berbinar yang dijawab dengan anggukan dari anak bernama Conan tersebut.
          “hehehehehe, kita bisa main sama-sama lagi deh” serunya “siapa lagi yang masih dirawat disini ??”
          “ada Rose, Jane sama Pix di kamar 105 lalu…” belum selesai Conan menyeselsaikan kalimatnya Noah sudah berlai keluar dan lagi-lagi hampir menabrakku yang masih berdiri di depan pintu.
          “Noahhhhhh, jangan lari-lari di dalam rumah sakit” teriak Sharon sambil menggeleng-gelengkan kepala.
     Sedangkan ibu anak tersebut hanya bisa terdiam takjub melihat tingkah anaknya sendiri. Lalu dia tersenyum dan masuk menuju kamar tempat Noah keluar tadi. Sepertinya dia menyadari kehadiranku, dia menyapaku.
          “selamat siang tuan” sapanya sambil tersenyum “maaf anak saya tadi hampir menabrak anda”
     Sapaannya tadi itu seperti menyadarkan Sharon dengan keberadaanku. Dia pun melihat kearahku dan terkejut melihat siapa yang daritadi memperhatikannya.
          “selamat siang nyonya” sapaku kepada nyonya itu “selamat siang dok” sapaku kepada Sharon sambil tersenyum, yang tepat membuat Sharon semakin terkejut.
          “siang” jawabnya singkat, aku hanya bisa tertawa dalam hati melihat tingkahnya ini. Kemudian dia mempersilakan  kami masuk. Dia kembali mengobrol dengan ibu tersebut.
          “maaaaaaaaaa” teriak seseorang dari arah luar
          “Noah, jangan teriak-teriak dirumah sakit !!” tegur ibunya yang langsung disambut oleh pelukan dari Noah.
          “hehehehe, maa Noah kamarnya disini lagi yaa” pintanya sangat
          “iya sayang nanti maa bilang  sama dokternya”
          “yippiee” seru anak itu kegirangan
          “heii, Noah” sapaku mengalihkan perhatian semuanya
     Noah tampak bingung melihatku
          “paman siapa ya ??” jelas pertanyaan itu membuatku tertawa
          “wahh, kamu gak ingat paman nih ?? kan tadi kita duet bareng” jelasku sambil tersenyum
     Noah tampak sedang mengingat-ingat, ekspresinya terlihat sangat lucu. Entah mengapa aku sangat gemas dengannya. Bukan hanya diriku saja yang gemas melihat tingkah Noah perempuan yang tadi menyapaku dengan singkat pun tampak gemas melihat Noah. Akhirnya ekspresi Noah berubah menandakan dia sudah berhasil menginggat siapa aku.
          “ahhh Noah ingat, paman tadi yang nyanyi di ruang bermain kan ??” tanyanya dengan sungguh.
          “hehehehe, akhirnya ingat juga. Oh yaa kenalkan nama paman, Mark. Kalian bisa panggil uncle Mark atau Mark saja oke” aku memperkenalkan diri kepada anak-anak tersebut
          “selamat siang uncle Mark” seru mereka kompak
          “siang guys how are you today ??” tanyaku, yang dijawab kompak dengan seruan Fineglad to hear that’
          “ayo perkenalkan diri kalian ke uncle  Mark anak-anak” seru Sharon sambil tersenyum
     Aku cukup terkejut melihat dia tersenyum seperti itu dan mengajak anak-anak untuk memperkenalkan dirinya kepadaku. Aku tersenyum. Kemudian satu-persatu anak-anak itu memperkenalkan dirinya. Lee Parker, anak keturunan Japan-British yang berwajah oriental dengan mata coklat dan rambut hitam itu adalah anak tertua di ruangan ini, walaupun begitu dia adalah pasien baru. Dia menjadi pasien disini sekiar setahun yang lalu, jadi terkadang Noah dan Conan suka memanggilnya ototo-chan yang berarti adik dalam bahasa Jepang . Selanjutnya ada Conan Butler dia sebaya dengan Noah tapi dengan tubuh yang lebih kecil daripada Noah, berambut coklat lebih panjang daripada anak-anak disini dan bermata biru tua. Dia sudah menjadi pasien sejak umur 4 tahun lebih cepat beberapa bulan daripada Noah. Dan terakhir adalah Noah Sheehan,dia berumur 7 tahun 5 bulan dan tak kusangka ternyata dia berasal dari Ireland namun pindah ke London saat dia berumur 3 tahun (ibunya yang menceritakan). Dengan mata hijau cemerlang yang menyiratkan bahwa dia anak yang penuh semangat dan rambut pirangnya sudah terihat sangat tipis. Conan dan Noah adalah sahabat karib, bila mereka sedang masuk ke rumah sakit pasti mereka akan meminta dalam satu ruangan yang sama.
          “salam kenal Lee, Conan dan Noah sepertinya kita akan bersenang-senang hari ini” seruku riang yang disambut dengan sorakan antusiasme dari ketiga anak tersebut.
          “oke uncle mark have something for you” ucapku sambil merogoh-rogoh kantung jaketku “owww, i think uncle Mark forget to bring your surprise” terdengar suara kecewa dari mereka semua
          “Mrs.Doctor would you help me to take my surprise for them ?” tanyaku kepada Sharon
       Sharon terlihat mengangkat sebelah alisnya entah itu tanda setuju apa tidak, tapi yang pasti dia akan bersikap baik padaku di depan anak-anak ini. Sharon tampak melihat wajah anak-anak tersebut sekilas. Wajah anak-anak tersebut seperti mengatakan bahwa Sharon harus membantuku.
          “ok, i’ll help uncle Mark to bring his surprise for you guys.” Jawabnya sambil tersenyum. Tepat seperti dugaanku dia tidak akan menolaknya.
       Kami berdua pun berdiri, dan berjalan keluar menuju lorong rumah sakit. Sharon masih tampak tersenyum saat kita keluar dari ruangan kamar tersebut, tapi begitu memasuki lift baru muncullah muka cemberutnya. Hanya ada kami berdua di dalam lift tersebut, jadi tak bisa dipelakkan lagi suasana tidak mengenakan sangat terasa disini.
          “modus” sharon membuka suara
          “modus apaan ??” tanyaku bingung
          “ini” jawabnya lagi singkat
          “ini apanya ?? yang jelas dong kalau ngomong Shar” aku masih bingung dengan ucapannya tadi
          “urghhh, sudahlah susah ngomong sama orang susah” lipatan di mukanya semakin bertambah dan bibirnya juga semakin terlihat cemberut. Ingin rasanya aku tertawa melihat wajahnya sekarang, karena tidak bisa dipungkiri dia semakin lucu kalau sedang marah.
       Lift pun sudah terbuka, kami sekarang berjalan menuju ruang bermain tadi. Ketika memasuki ruang bermain tersebut tampak sepi tidak ada siapapun disana, aku segera mengambil tumpukan kecil hadiah yang berada di pojok ruangan ini. Lalu memasukanya kedalam tas kecil.
          “Cuma segini ??” tanya Sharon yang kujawab dengan anggukan kepala
          “kenapa minta tolong padaku, kalau segini doang lu bisa bawa sendiri kan ??” tanyanya sewot. Aku tidak bisa menyalahkan pernyataannya itu memang aku bisa membawa hadiah ini sendiri, karena tidak terlalu banyak dan tidak besar juga.
          “hehehe, sudahlah Shar sekali-kali bersikap baik padaku kan gpp” aku pun tertawa mendengar ucapanku sendiri, dan Sharon terlihat makin cemberut dengan ucapanku tadi.
          “jangan cemberut terus dong, nih bawain” aku memberikan kepada Sharon 3 buah boneka beruang. “ayo kita balik ke atas”
       Kami pun kembali keatas
          “hmm, Queen Mary University of London” seruku saat melihat jas yang dikenakan oleh Sharon.
          “ehh, yeahhh ??”
          “kamu kuliah disitu ??” dia hanya menggangukan kepala
          “jurusan apa ??”
          “Cancer Therapeutics”
          “wow hebat”
          “thanks”
          “anak-anak tersebut beruntung mendapatkan dokter sepertimu Shar” aku memujinya dan dia pun tersenyum. Senyum pertama yang dia berikan padaku, benar-benar untukku.
          “gue masih belajar kok belum jadi dokter beneran, disini juga buat praktek lapangan aja” jelasnya
          “benarkah ??”tanyaku penasaran
          “yaa, gue baru aja lanjutin S2 gue disana. Habis selesai magang selama 5 bulan disini gue memutuskan untuk lanjutin study gue”
          “ohh, tertarik sama Cancer yaa ??”
          “hmmm, tertarik ?? mungkin saja, gue Cuma mau meringankan penderitaan orang-orang yang terkena cancer kalau bisa sekalian nemuin pengobatan yang ampuh buat cancer” matanya tampak berbinar saat mengatakan itu, mata hijaunya terlihat semakin indah saat dipenuhi cahaya harapan seperti sekarang ini. I love her more.
          ”hehehehe, you’ll be a great doctor Shar i believe that” selesai mengatakan itu tanpa terasa kami sudah berada di depan pintu kamar.
          “holla, guys !! sorry kalau lama yaa, so this is your surprise !!” aku mengeluarkan hadiah-hadiah yang sudah dibungkus rapi oleh Kian kemarin dari dalam tas. Anak-anak itu mulai memperebutkan hadiah-hadiah tersebut. Semua anak kecil ternyata sama ya, sangat menyukai hadiah. Aku pun tersenyum dalam hati.
       Mereka mulai membuka satu persatu hadiah tersebut. Lee mendapatkan satu pack lego, dia tampak tersenyum lebar melihat hadiah yang dia dapatkan. Conan mendapatkan sebuah gitar kecil berwarna merah, hadiah yang Kian sarankan. Tanpa basa-basi dia langsung memetik gitar tersebut dengan bersemangat, tak dapat dikira bagaimana bisingnya ruangan ini dengan suara petikan gitar Conan. Sedangkan Noah mendapatkan piano kecil berwarna hitam, seperti miniatur grand piano pada umumnya dan itu dapat dimainkan. Itu adalah hadiah yang kusarankan. Noah langsung saja menekan tuts-tuts piano tersebut, mata hijaunya berkilat saat tiap jari mungilnya menekan tuts-tuts piano tersebut mengalunkan sebuah nada yang terdengar sangat harmoni.
          “thank you uncle Mark”  mereka berterima kasih, aku membalasnya dengan senyuman.
          “Sharon, whats that ??” tanya Conan melihat boneka beruang yang di peluknya.
          “umm, its a teddy bear from uncle Mark for you all”
          ”whoaaa, cute !!” seru Conan girang seraya mengambil boneka tersebut dari tangan Sharon dan memberikannya kepada teman-temannya.
          “where’s your mommy noah ??” tanya Sharon lagi
          “tadi maa kebawah, katanya ada urusan” jawab Noah
          “kalian menyukai hadiahnya??”  tanyaku yang dijawab hanya dengan anggukan dari mereka. Mereka masih tampak asyik dengan mainan baru mereka, Lee dengan tumpukan legonya yang sekarang sudah lebih tepat menyerupai miniatur robot mini. Conan yang juga masih asyik memetik gitarnya asal. Dan Noah yang masih asyik menekan-nekan tuts piano mininya.
       Aku melihat kearah Sharon, matanya tampak memancarkan sinar bahagia. Bagian yang sangat kusuka dari dirinya, mata hijau yang tampak sangat misterius karena terkadang bisa terlihat sangat lembut tapi juga sangat tajam. Dia menoleh kearahkku, sepertinya dia menyadari kalau kuperhatikan daritadi. Aku hanya bisa tersenyum dan dia kembali memalingkan wajahnya.
          “uncle Mark, nyanyi dong” suara kecil itu memecah lamunanku yang terbuai oleh keindahan mata Sharon.
          “ummm, nyanyi apa yaa ??” tanyaku dengan nada menggantung
          “nyanyi yang tadi dinyanyiin sama Sharon aja” seru Conan. Aku melirik ke arah Sharon, dia terlihat terkejut mendengar namanya dipanggil.
          “judulnya apa yaaa ?? ummm have i ?? i have ?? dream high ??” Conan terlihat bingung mengingat-ingat judul lagu tersebu.
          “i have a dream” Sharon membetulkan
          “heiii, thats uncle Mark song. You singing our song Shar ??” tanyaku dengan tatapan jahil kearah Sharon. Gotcha you Sharon
          “no, I’m not. Isn’t your song it's ABBA song, you guys just covering it” jawabnya tidak mau kalah.
          “hahahaha, tapi kan sekarang yang nyanyiin kita Shar. Berarti kamu nyanyiin lagu kita dong” balasku masih dengan tatapan jahilku tadi.
          “yayayayayaya, iya aja deh” aku tertawa mendengar jawaban Sharon tersebut.
       Kemudian aku duduk bersila yang langsung saja dikelilingi penonton kecilku tadi. Aku meminjam piano kecil Noah lalu memainkan intro lagu i have a dream, tidak sehebat Kian sih tapi lumayanlah menurutku. Aku mulai bernyanyi, penonton kecilku mulai terbius dengan lantunan nada suaraku juga ketukan tuts-tuts piano tersebut. Aku makin terhanyut dengan hal yang paling kusukai di dunia, menyanyi. Aku melihat kearah penonton gelap, siapa lagi kalau bukan Sharon yang daritadi memperhatikanku menyanyi. Ekspresi diwajahnya sama dengan saat dia melihat anak-anak tadi. Ekspresi yang lembut.
       Dia menyadari kalau aku sudah mengetahui apa yang dia lakukan tadi, langsung saja dia memalingkan wajahnya. Aku tersenyum lalu menganggukan kepala kearahnya meminta dia untuk berduet denganku, yang hanya bisa kupasrahi karena yang diajak tersebut menggelengkan kepala tanda bahwa dia menolak. Ya sudahlah. Aku lalu melanjutkan nyanyianku. Aku menyanyikan beberapa lagu, dan wajah penonton kecilku sudah terlihat mengantuk. Aku menghentikan nyanyianku, lalu berdiri dan perlahan mengendong mereka satu-persatu ke tempat tidurnya masing-masing. Setelah selesai aku dan Sharon pun keluar dari kamar, mempersilakan angel wings itu beristirahat.
          “thanks” jawabnya singkat
          “sama-sama” aku tersenyum membalas wajah datarnya itu “kamu lapar Shar ??” dia terdiam sejenak kemudian mengangguk. Saat itu juga kami jalan berdua menuju kantin rumah sakit, dan makan siang atau bisa disebut juga makan sore karena saat ini sudah jam 3 sore. Kami makan dalam diam dia memesan baked potato dan roasted chiken ditambah dengan orange juice. Sedangkan aku memesan baked potato, chicken fillet with pepper sauce, salad dan segelas air putih. 
       Begitu selesai dengan makan siang kami, dia pamit pergi untuk melaporkan bahwa tugas jaganya sudah selesai. Begitu ujung rambutnya terlihat menghilang dibalik pintu kantin rumah sakit aku mengecek Iphoneku. Ada 10 sms dan 15 panggilan telefon tak terjawab yang muncul di layar Iphoneku. Setelah kuperiksa ternyata 7 sms dari Shane yang menanyakan dimana diriku, 2 sms dari Kian yang menanyakan kapan aku selesai dan 1 sms dari Nicky yang bilang kalau dia lapar. Juga 10 missed call dari Shane dan 5 dari Kian. Mereka mencariku, segera saja ku tekan nomor hp Shane. Setelah menunggu beberapa menit dari seberang sana terdengar suara yang terkesan sangat kesal.
          “Markkkkk, where are you !!!!” benar saja begitu Shane mengangkat telefonku dia langsung menyemprotku dengan berbagai pertanyaan yang bisa kujawab dengan gumaman tak jelas.
          “Mark jangan Cuma amm umm, amm umm aja dong lu dimana ??” tanyanya
          “gimana gue bisa jawab, daritadi lu nyerocos terus” aku pun menjelaskan apa yang kulakukan tadi, kecuali bagian kalau aku bertemu Sharon. Ternyata diantara kami berempat akulah yang paling lama selesai. Sekarang Shane dan lainnya sudah berada di restoran dekat sini menghabiskan makan siang mereka sambil menungguku selesai.
          “yaudah cepetan kesini deh, gue udah bete nih disini terus” keluh Shane dari ujung sana.
          “umm sorry guys, kalian pulang duluan aja. Gue masih ada urusan sedikit” aku merasa tidak enak kepada mereka semua. Dari seberang sana sudah terdengar gumaman kecewa dan kesal.
          “sorry guys, ini mendadak banget soalnya” jelasku
       Dan setelah desahan panjang dari Shane “oke,oke terserah lu deh Mark” Shane mengizinkanku “tapi lu utang cerita sama gue ya, gak mau tau gue”
       Aku masih sedikit ragu dengan permintaan Shane tadi, tapi akhirnya aku menyetujuinya untuk menceritakan hal ini nanti.
          “thanks ya Shane, salamin maaf gue buat semuanya ya. Besok gue traktir deh” aku dapat mendengar sorakan gembira dari telefon sana. Giliran ditraktir aja langsung seneng.
          “tapi gue traktir di McD aja yaa, hahaha bye Shane” aku segera menutup telefonku sebelum kena marah lagi dari mereka.
       Aku mengecek jam tanganku, sudah pukul 4 ternyata. Sudah saatnya. Aku merapikan pakaianku kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketku. Sebuah syal abu-abu yang berinisialkan K&S dan menyematkannya di sekeliling leherku. Segera saja aku berjalan ke arah lift dan memencet angka 2. Lift bergemerincing naik keatas kemudian terbuka dan memperlihatkan lorong kosong yang masih sama seperti tadi. Aku berjalan-jalan mencari ruang perawat di lantai ini. Setelah aku menemukannya aku segera bertanya kepada suster jaga yang ada disana.
          “umm,apa Dr.Sharon masih ada ??” tanyaku kepada suster jaga tersebut. Dia kemudian membuka sebuah buku besar dan mengeceknya
          “sepertinya dia baru saja keluar belum lama ini” aku tampak kecewa. Belum sempat aku menanyakan kemana dia pergi, sebuah suara menggagetkanku.
          “Sharonnnn !!” seru seseorang, begitu ku lihat darimana asal suara tersebut. Tampak seorang gadis berambut coklat pendek yang terlihat rapi dan tampak cantik dengan bando putih yang dia sematkan di antara rambut coklatnya. Dia tampak manis dengan baju terusan bermotif bunga-bunga berwarna peach. Menggandeng tas berwarna putih dia melambai-lambaikan tanganya kearahku. Sebenarnya bukan kearahku tepatnya kearah gadis yang berjarak tidak terlalu jauh di depanku. Gadis berambut pirang panjang tampak mengenakan jaket denim pendek yang menutupi dress coklat tua di dalamnya. Gadis berambut pirang menghampiri gadis berambut coklat.
          “apaan Ell ??” tanya Sharon langsung
          “pulang bareng yuk ??”
          “umm sorry gak bisa, gue udah ada janji” seru Sharon dengan nada memelas
          “yahhh, janji sama siapa sih ?? sama cowo lu ??” tanyanya penuh selidik.
       Aku pun menghampiri dua gadis itu, lalu menyapa mereka.
          “Heiii” sapaku basa-basi. Begitu aku menyapa mereka ekspresi gadis berambut coklat tersebut berubah. Dia terlihat membeku dan terkejut melihat kedatanganku. Tiba-tiba tubuhnya gemetar dan hampir jatuh yang untungnya segera diselamatkan oleh Sharon yang sigap menahannya.
          “Ellie, lu kenapa ??” tanya Sharon cemas
          “mma...mmarkkk fee...mark feehily ??” tanya ellie dengan tubuh masih gemetaran
          “yeahh....” seketika itu juga Ellie tampak ingin berteriak tapi segera dia urungkan. Dia mendekap mulutnya untuk menahan suaranya agar tidak keluar.
          “oh my godness, i meet Mark Feehily” aku pun tersadar kalau dia adalah salah satu fansku. Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya. Kemudian dia memperkenalkan dirinya.
          “hei namaku Ellie Foster” dia tersenyum lebar saat berjabat tangan denganku “boleh foto ??” aku mengangguk
          “sharr fotoin yaa,nanti gantian deh” ellie memberikan handphonenya kepada Sharon
          “gak usah” dengan wajah enggan Sharon memfoto kami berdua.
          “huaaaa, makasih mark” dia tersenyum lebar “oia kenalin temenku Sharon Mcdaid” Ellie tampak memaksa Sharon untuk berjabat tangan denganku.
          “Sharon”
          “Mark” kami berdua berjabat tangan “sepertinya kita pernah bertemu ya Shar” aku menggodanya
          “yeahh sepertinya” mukanya masih tampak datar-datar saja.          
          “kalian pernah bertemu ??” tanya Ellie bingung, sebelum Sharon sempat mengelak aku menjawab pertanyaanya
          “iya tadi di ruang 103” langsung saja Sharon mendelik kearahku.
          “huh, kalian pernah ketemu” Ellie siap meledak tapi diselamatkan oleh dering handphonenya yang mengatakan bahwa dia harus segera pulang.
          “oke, sepertinya aku harus pulang sekarang. Thank you Mark I'm so happy can meet you today, dan Sharon kamu hutang cerita kepadaku” akhirnya dia pergi meninggalakan kami berdua. 
       Sharon tampak ingin beranjak pergi tapi sebelum itu aku segera menariknya.
          “ada yang perlu kita bicarakan Shar” serangku langsung
          “what ??” tanyanya dengan wajah bingung “cepetan aku gak punya waktu”
          “tapi sepertinya kamu harus punya waktu banyak untuk ini”
          “sekarang atau aku pergi ??” aku menahannya dan menunjukan syal yang kupakai, ekspresi Sharon tampak berubah.
          “so will you Shar ??” aku mengulurkan tanganku yang diterima dengan enggan oleh Sharon.

2 komentar:

  1. mmmmmmmm, nggak ada yg perlu di koment yaaaa, udah bagus siiihhhn...., sudah dapet gaya tulisanmu sendiri ...

    udah ahh..., mantabssss !!!!

    Carry on Sharron!!!! - McDaid ... :D

    BalasHapus

feed my blog nyoo !!

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik