-My Angel Wings-
Samar-samar aku mendengar nyanyian sebuah lagu yang sudah
sangat familiar di telingaku
‘I believe in angels something good in everything I see (everything I see yeah) I believe in angels (I believe in angels) when I know the time is right for me (time is right for me) I’ll cross the stream. I have a dream’
‘I believe in angels something good in everything I see (everything I see yeah) I believe in angels (I believe in angels) when I know the time is right for me (time is right for me) I’ll cross the stream. I have a dream’
Suaranya terdengar
lembut. Akupun menelusuri sumber suara tersebut. Seperti takdir yang sudah
dituliskan oleh tangan tuhan aku menemukan kamar 103 yang sedang kucari, dan
yang lebih mengejutkannya lagi adalah menemukan seseorang yang berada di dalam
situ. Seorang gadis cantik dengan rambut pirang terkuncir mengenakan jas putih
bersih, duduk dikelilingi oleh anak-anak kecil yang sepertinya pasien kamar
tersebut. Dia tampak asyik menyanyikan lagu tersebut, disertai dengan penonton
kecil yang setia mendengarkannya. Aku mengintip dari jendela pintu, menikmati
tiap detikku memandanginya wajah cantiknya yang mungkin dalam keadaan normal
tidak bisa kulakukan karena hanya bagian punggungnya yang dapat kulihat
meninggalkan diriku lengkap dengan muka cemberutnya.
Aku terus
memerhatikannya, rambutnya yang pirang panjang yang terkesan dikuncir apa
adanya tampak berkilau tertimpa cahaya matahari yang dengan malu-malu
menyelinap dari celah jendela kamar tersebut. Mata hijaunya yang memberi kesan
tajam dan lembut dalam waktu yang bersamaan. Terkadang tatapannya bisa begitu
tajam seperti mengX-rayku, tapi juga bisa terlihat begitu lembut bagai malaikat
seperti saat ini. Bibir merahnya terlihat mempermanis dirinya, ditambah
kulitnya yang putih bersih. Dia gadis yang sempurna, maybe she more beautiful than angel in heaven. Oh god, how much I
fallinlove with her ??
Aku masih
memerhatikannya, diapun tidak juga menyadari kehadiranku karena terlalu asyik
dengan anak-anak tersebut. Aku menikmati waktu-waktu langkaku ini. Hingga tidak
menyadari akan kehadiran seseorang. Dari arah lift keluar ibu dan anak, aku
memerhatikan mereka wajah anak kecil tersebut terasa familiar bagiku.
Kupandangi saja dia lekat-lekat. Ahhhh, ternyata dia anak kecil yang berduet
dengan Shane tadi. Mereka tampak bergandengan tangan. Wajahnya terlihat
bersemangat dan juga riang, dia tampak berceloteh panjang lebar yang hanya bisa
ditanggapi dengan senyum pasrah dari ibunya.
“maaa…..” serunya
memecahkan lamunan ibunya
“yaa, sayang kenapa
??” tanya ibunya tetap tidak bisa menyembunyikan wajah cemasnya
“maa kok diam aja
daritadi noah ajak ngobrol” tanyanya dengan mimik kesal
“. . . . . .”
ibunya hanya bisa terdiam
“maaa” panggilnya
lagi sambil menarik-narik baju ibunya “maa kenapa ?? noah nakal ya ?? noah gak
jadi anak baik ya tadi ??” anak itu mulai berkaca-kaca.
Seketika itu juga ibunya
ambruk ke lantai dan menangis, dia terlihat seperti orang yang putus asa.
Kemudian dia memeluk anaknya tersebut, tak ayal hal ini membuat anak tersebut
takut dan kebingungan. Dia mulai menangis
“maa, maa kenapa ?? maa kok nangis ??
noah gak jadi anak baik ya tadi ??” ibu itu semakin mempererat pelukannya dan
segera menghentikan tangisannya lalu mengecup dahi anaknya tersebut.
“maaf ya sayang”
ucapnya masih sambil mengelus kepala anaknya “kamu jadi anak baik kok tadi,
sudah maafkan maa yaa” ucapnya sambil mencoba menghentikan tangis anaknya
tersebut.
Akhirnya tangis anak itu
berhenti “maa, kita mau pulang kapan ??” ibu itu tampak murung mendengar
pertanyaan anaknya tersebut.
“maaf sayang, kamu
masih harus dirawat disini lagi” jawab ibu itu dengan muka sedih.
Anak itu pun terdiam, dan
tiba-tiba saja dia berlari kearahku. Hampir menabrakku tapi aku buru-buru menghindar
agar tidak tertabrakan olehnya. Ibu anak itu tampak khawatir melihat reaksi
dari anaknya tersebut. Kemudian anak itu membuka pintu kamar tempatku
memperhatikan Sharon tadi. Dia langsung menghampiri sekumpulan anak tadi yang
sedang asyik mendengarkan Sharon bernyanyi.
“wahhhhhhhhhhhhhhh” dia berteriak.
Aku terkejut melihat ekspresi di wajahnya, tidak ada ekspresi sedih atau kecewa
yang tampak hanyalah ekspresi senang. Anak yang unik.
“noahhhhhhh” sorak anak-anak
tersebut dengan kompak. Sepertinya Noah ini bukan pasien baru disini.
“kamu dirawat lagi ??” tanya salah
satu anak bewajah oriental yang tampak lebih besar daripada noah.
“iyappp, Lee !!” senyumnya
“asyikkkkkkk, bakal rame deh kamar
ini. Kalau gak ada noah jadi sepi” jawab anak berambut coklat
“hehehehehe, iyakah Conan ??”
tanyanya dengan wajah berbinar yang dijawab dengan anggukan dari anak bernama
Conan tersebut.
“hehehehehe, kita bisa main sama-sama
lagi deh” serunya “siapa lagi yang masih dirawat disini ??”
“ada Rose, Jane sama Pix di kamar 105 lalu…” belum selesai Conan menyeselsaikan kalimatnya Noah sudah
berlai keluar dan lagi-lagi hampir menabrakku yang masih
berdiri di depan pintu.
“Noahhhhhh, jangan
lari-lari di dalam rumah sakit” teriak Sharon sambil menggeleng-gelengkan
kepala.
Sedangkan ibu anak tersebut
hanya bisa terdiam takjub melihat tingkah anaknya sendiri. Lalu dia tersenyum
dan masuk menuju kamar tempat Noah keluar tadi. Sepertinya dia menyadari
kehadiranku, dia menyapaku.
“selamat siang tuan” sapanya sambil
tersenyum “maaf anak saya tadi hampir menabrak anda”
Sapaannya tadi itu seperti
menyadarkan Sharon dengan keberadaanku. Dia pun melihat kearahku dan terkejut
melihat siapa yang daritadi memperhatikannya.
“selamat siang nyonya”
sapaku kepada nyonya itu “selamat siang dok” sapaku kepada Sharon sambil
tersenyum, yang tepat membuat Sharon semakin terkejut.
“siang” jawabnya singkat,
aku hanya bisa tertawa dalam hati melihat tingkahnya ini. Kemudian dia
mempersilakan kami masuk. Dia kembali
mengobrol dengan ibu tersebut.
“maaaaaaaaaa” teriak
seseorang dari arah luar
“Noah, jangan teriak-teriak
dirumah sakit !!” tegur ibunya yang langsung disambut oleh pelukan dari Noah.
“hehehehe, maa Noah kamarnya disini lagi yaa”
pintanya sangat
“iya sayang nanti maa bilang sama dokternya”
“yippiee” seru anak itu kegirangan
“heii,
Noah” sapaku mengalihkan perhatian semuanya
Noah tampak bingung melihatku
“paman siapa ya ??” jelas pertanyaan itu
membuatku tertawa
“wahh, kamu gak ingat paman nih ?? kan
tadi kita duet bareng” jelasku sambil tersenyum
Noah tampak sedang
mengingat-ingat, ekspresinya terlihat sangat lucu. Entah mengapa aku sangat
gemas dengannya. Bukan hanya diriku saja yang gemas melihat tingkah Noah
perempuan yang tadi menyapaku dengan singkat pun tampak gemas melihat Noah.
Akhirnya ekspresi Noah berubah menandakan dia sudah berhasil menginggat siapa
aku.
“ahhh Noah ingat, paman tadi yang nyanyi
di ruang bermain kan ??” tanyanya dengan sungguh.
“hehehehe, akhirnya ingat
juga. Oh yaa kenalkan nama paman, Mark. Kalian bisa panggil uncle Mark atau Mark saja oke” aku
memperkenalkan diri kepada anak-anak tersebut
“selamat siang uncle Mark” seru mereka kompak
“siang guys how are you today ??” tanyaku, yang
dijawab kompak dengan seruan Fine ‘glad to hear that’
“ayo perkenalkan diri
kalian ke uncle Mark anak-anak” seru Sharon sambil tersenyum
Aku cukup terkejut melihat dia
tersenyum seperti itu dan mengajak anak-anak untuk memperkenalkan dirinya
kepadaku. Aku tersenyum. Kemudian satu-persatu anak-anak itu memperkenalkan
dirinya. Lee Parker, anak keturunan Japan-British yang berwajah oriental dengan
mata coklat dan rambut hitam itu adalah anak tertua di ruangan ini, walaupun
begitu dia adalah pasien baru. Dia menjadi pasien disini sekiar setahun yang
lalu, jadi terkadang Noah dan Conan suka memanggilnya ototo-chan yang berarti adik dalam bahasa Jepang . Selanjutnya ada
Conan Butler dia sebaya dengan Noah tapi dengan tubuh yang lebih kecil daripada
Noah, berambut coklat lebih panjang daripada anak-anak disini dan bermata biru
tua. Dia sudah menjadi pasien sejak umur 4 tahun lebih cepat beberapa bulan
daripada Noah. Dan terakhir adalah Noah Sheehan,dia berumur 7 tahun 5 bulan dan
tak kusangka ternyata dia berasal dari Ireland namun pindah ke London saat dia
berumur 3 tahun (ibunya yang menceritakan). Dengan mata hijau cemerlang yang
menyiratkan bahwa dia anak yang penuh semangat dan rambut pirangnya sudah terihat
sangat tipis. Conan dan Noah adalah sahabat karib, bila mereka sedang masuk ke
rumah sakit pasti mereka akan meminta dalam satu ruangan yang sama.
“salam kenal Lee, Conan dan
Noah sepertinya kita akan bersenang-senang hari ini” seruku riang yang disambut
dengan sorakan antusiasme dari ketiga anak tersebut.
“oke uncle mark have something for you” ucapku sambil merogoh-rogoh
kantung jaketku “owww, i think uncle Mark
forget to bring your surprise” terdengar suara kecewa dari mereka semua
“Mrs.Doctor would you help me to take my surprise for them ?”
tanyaku kepada Sharon
Sharon terlihat mengangkat
sebelah alisnya entah itu tanda setuju apa tidak, tapi yang pasti dia akan
bersikap baik padaku di depan anak-anak ini. Sharon tampak melihat wajah
anak-anak tersebut sekilas. Wajah anak-anak tersebut seperti mengatakan bahwa
Sharon harus membantuku.
“ok, i’ll help uncle Mark to bring his surprise for you guys.”
Jawabnya sambil tersenyum. Tepat seperti dugaanku dia tidak akan menolaknya.
Kami berdua pun berdiri, dan
berjalan keluar menuju lorong rumah sakit. Sharon masih tampak tersenyum saat
kita keluar dari ruangan kamar tersebut, tapi begitu memasuki lift baru
muncullah muka cemberutnya. Hanya ada kami berdua di dalam lift tersebut, jadi
tak bisa dipelakkan lagi suasana tidak mengenakan sangat terasa disini.
“modus” sharon membuka
suara
“modus apaan ??” tanyaku
bingung
“ini” jawabnya lagi singkat
“ini apanya ?? yang jelas
dong kalau ngomong Shar” aku masih bingung dengan ucapannya tadi
“urghhh, sudahlah susah
ngomong sama orang susah” lipatan di mukanya semakin bertambah dan bibirnya
juga semakin terlihat cemberut. Ingin rasanya aku tertawa melihat wajahnya
sekarang, karena tidak bisa dipungkiri dia semakin lucu kalau sedang marah.
Lift pun sudah terbuka, kami
sekarang berjalan menuju ruang bermain tadi. Ketika memasuki ruang bermain
tersebut tampak sepi tidak ada siapapun disana, aku segera mengambil tumpukan
kecil hadiah yang berada di pojok ruangan ini. Lalu memasukanya kedalam tas
kecil.
“Cuma segini ??” tanya
Sharon yang kujawab dengan anggukan kepala
“kenapa minta tolong padaku, kalau
segini doang lu bisa bawa sendiri kan ??” tanyanya sewot. Aku tidak bisa
menyalahkan pernyataannya itu memang aku bisa membawa hadiah ini sendiri,
karena tidak terlalu banyak dan tidak besar juga.
“hehehe, sudahlah Shar
sekali-kali bersikap baik padaku kan gpp” aku pun tertawa mendengar ucapanku
sendiri, dan Sharon terlihat makin cemberut dengan ucapanku tadi.
“jangan cemberut terus
dong, nih bawain” aku memberikan kepada Sharon 3 buah boneka beruang. “ayo kita
balik ke atas”
Kami pun kembali keatas
“hmm, Queen Mary University of London” seruku saat melihat jas yang
dikenakan oleh Sharon.
“ehh, yeahhh ??”
“kamu kuliah disitu ??” dia
hanya menggangukan kepala
“jurusan apa ??”
“Cancer Therapeutics”
“wow hebat”
“thanks”
“anak-anak tersebut
beruntung mendapatkan dokter sepertimu Shar” aku memujinya dan dia pun
tersenyum. Senyum pertama yang dia berikan padaku, benar-benar untukku.
“gue masih belajar kok
belum jadi dokter beneran, disini juga buat praktek lapangan aja” jelasnya
“benarkah ??”tanyaku
penasaran
“yaa, gue baru aja lanjutin
S2 gue disana. Habis selesai magang selama 5 bulan disini gue
memutuskan untuk lanjutin study gue”
“ohh, tertarik sama Cancer
yaa ??”
“hmmm, tertarik ?? mungkin
saja, gue Cuma mau meringankan penderitaan orang-orang yang terkena cancer
kalau bisa sekalian nemuin pengobatan yang ampuh buat cancer” matanya tampak
berbinar saat mengatakan itu, mata hijaunya terlihat semakin indah saat
dipenuhi cahaya harapan seperti sekarang ini. I love her more.
”hehehehe, you’ll be a great doctor Shar i believe that” selesai
mengatakan itu tanpa terasa kami sudah berada di depan pintu kamar.
“holla, guys !! sorry kalau
lama yaa, so this is your surprise !!” aku mengeluarkan hadiah-hadiah yang
sudah dibungkus rapi oleh Kian kemarin dari dalam tas. Anak-anak itu mulai
memperebutkan hadiah-hadiah tersebut. Semua anak kecil ternyata sama ya, sangat
menyukai hadiah. Aku pun tersenyum dalam hati.
Mereka mulai membuka satu
persatu hadiah tersebut. Lee mendapatkan satu pack lego, dia tampak tersenyum
lebar melihat hadiah yang dia dapatkan. Conan mendapatkan sebuah gitar
kecil berwarna merah, hadiah yang Kian sarankan. Tanpa basa-basi dia langsung
memetik gitar tersebut dengan bersemangat, tak dapat dikira bagaimana bisingnya
ruangan ini dengan suara petikan gitar Conan. Sedangkan Noah mendapatkan piano
kecil berwarna hitam, seperti miniatur grand piano pada umumnya dan itu dapat
dimainkan. Itu adalah hadiah yang kusarankan. Noah langsung saja menekan
tuts-tuts piano tersebut, mata hijaunya berkilat saat tiap jari mungilnya menekan
tuts-tuts piano tersebut mengalunkan sebuah nada yang terdengar sangat harmoni.
“thank you uncle Mark” mereka
berterima kasih, aku membalasnya dengan senyuman.
“Sharon, whats that ??” tanya Conan melihat
boneka beruang yang di peluknya.
“umm, its a teddy bear from uncle Mark for you all”
”whoaaa, cute !!” seru Conan girang seraya mengambil boneka tersebut dari tangan Sharon dan
memberikannya kepada teman-temannya.
“where’s your mommy noah ??” tanya Sharon lagi
“tadi maa kebawah, katanya
ada urusan” jawab Noah
“kalian menyukai
hadiahnya??” tanyaku yang dijawab hanya
dengan anggukan dari mereka. Mereka masih tampak asyik dengan mainan baru
mereka, Lee dengan tumpukan legonya yang sekarang sudah lebih tepat menyerupai
miniatur robot mini. Conan yang juga masih asyik memetik gitarnya asal. Dan
Noah yang masih asyik menekan-nekan tuts piano mininya.
Aku melihat kearah Sharon,
matanya tampak memancarkan sinar bahagia. Bagian yang sangat kusuka dari
dirinya, mata hijau yang tampak sangat misterius karena terkadang bisa terlihat
sangat lembut tapi juga sangat tajam. Dia menoleh kearahkku, sepertinya dia
menyadari kalau kuperhatikan daritadi. Aku hanya bisa tersenyum dan dia kembali
memalingkan wajahnya.
“uncle Mark, nyanyi dong”
suara kecil itu memecah lamunanku yang terbuai oleh keindahan mata Sharon.
“ummm, nyanyi apa yaa ??”
tanyaku dengan nada menggantung
“nyanyi yang tadi
dinyanyiin sama Sharon aja” seru Conan. Aku melirik ke arah Sharon, dia
terlihat terkejut mendengar namanya dipanggil.
“judulnya apa yaaa ?? ummm have i ?? i have ?? dream high ??” Conan
terlihat bingung mengingat-ingat judul lagu tersebu.
“i have a dream” Sharon
membetulkan
“heiii, thats uncle Mark song. You singing our song
Shar ??” tanyaku dengan tatapan jahil kearah Sharon. Gotcha you Sharon
“no, I’m not. Isn’t your song it's ABBA song, you guys just covering it”
jawabnya tidak mau kalah.
“hahahaha, tapi kan sekarang yang nyanyiin
kita Shar. Berarti kamu nyanyiin lagu kita dong” balasku masih dengan tatapan
jahilku tadi.
“yayayayayaya, iya aja deh”
aku tertawa mendengar jawaban Sharon tersebut.
Kemudian aku duduk bersila yang
langsung saja dikelilingi penonton kecilku tadi. Aku meminjam piano kecil Noah
lalu memainkan intro lagu i have a dream,
tidak sehebat Kian sih tapi lumayanlah menurutku. Aku mulai bernyanyi, penonton
kecilku mulai terbius dengan lantunan nada suaraku juga ketukan tuts-tuts piano
tersebut. Aku makin terhanyut dengan hal yang paling kusukai di dunia, menyanyi.
Aku melihat kearah penonton gelap, siapa lagi kalau bukan Sharon yang daritadi
memperhatikanku menyanyi. Ekspresi diwajahnya sama dengan saat dia melihat
anak-anak tadi. Ekspresi yang lembut.
Dia menyadari kalau aku sudah
mengetahui apa yang dia lakukan tadi, langsung saja dia memalingkan wajahnya.
Aku tersenyum lalu menganggukan kepala kearahnya meminta dia untuk berduet
denganku, yang hanya bisa kupasrahi karena yang diajak tersebut menggelengkan
kepala tanda bahwa dia menolak. Ya sudahlah. Aku lalu melanjutkan nyanyianku.
Aku menyanyikan beberapa lagu, dan wajah penonton kecilku sudah terlihat
mengantuk. Aku menghentikan nyanyianku, lalu berdiri dan perlahan mengendong
mereka satu-persatu ke tempat tidurnya masing-masing. Setelah selesai aku dan
Sharon pun keluar dari kamar, mempersilakan angel
wings itu beristirahat.
“thanks” jawabnya singkat
“sama-sama” aku tersenyum membalas
wajah datarnya itu “kamu lapar Shar ??” dia terdiam sejenak kemudian
mengangguk. Saat itu juga kami jalan berdua menuju kantin rumah sakit, dan
makan siang atau bisa disebut juga makan sore karena saat ini sudah jam 3 sore.
Kami makan dalam diam dia memesan baked
potato dan roasted chiken
ditambah dengan orange juice. Sedangkan aku memesan baked potato, chicken fillet with pepper sauce, salad dan segelas
air putih.
Begitu selesai dengan makan
siang kami, dia pamit pergi untuk melaporkan bahwa tugas jaganya sudah selesai.
Begitu ujung rambutnya terlihat menghilang dibalik pintu kantin rumah sakit aku
mengecek Iphoneku. Ada 10 sms dan 15 panggilan telefon tak terjawab yang muncul
di layar Iphoneku. Setelah kuperiksa ternyata 7 sms dari Shane yang menanyakan
dimana diriku, 2 sms dari Kian yang menanyakan kapan aku selesai dan 1 sms dari
Nicky yang bilang kalau dia lapar. Juga 10 missed
call dari Shane dan 5 dari Kian. Mereka mencariku, segera saja ku tekan
nomor hp Shane. Setelah menunggu beberapa menit dari seberang sana terdengar
suara yang terkesan sangat kesal.
“Markkkkk, where are you !!!!” benar saja begitu
Shane mengangkat telefonku dia langsung menyemprotku dengan berbagai pertanyaan
yang bisa kujawab dengan gumaman tak jelas.
“Mark jangan Cuma amm umm,
amm umm aja dong lu dimana ??” tanyanya
“gimana gue bisa jawab,
daritadi lu nyerocos terus” aku pun menjelaskan apa yang kulakukan tadi,
kecuali bagian kalau aku bertemu Sharon. Ternyata diantara kami berempat akulah
yang paling lama selesai. Sekarang Shane dan lainnya sudah berada di restoran
dekat sini menghabiskan makan siang mereka sambil menungguku selesai.
“yaudah cepetan kesini deh,
gue udah bete nih disini terus” keluh Shane dari ujung sana.
“umm sorry guys, kalian
pulang duluan aja. Gue masih ada urusan sedikit” aku merasa tidak enak kepada
mereka semua. Dari seberang sana sudah terdengar gumaman kecewa dan kesal.
“sorry guys, ini mendadak
banget soalnya” jelasku
Dan setelah desahan panjang dari Shane “oke,oke
terserah lu deh Mark” Shane mengizinkanku “tapi lu utang cerita sama gue ya,
gak mau tau gue”
Aku masih sedikit ragu dengan
permintaan Shane tadi, tapi akhirnya aku menyetujuinya untuk menceritakan hal
ini nanti.
“thanks ya Shane, salamin
maaf gue buat semuanya ya. Besok gue traktir deh” aku dapat mendengar sorakan
gembira dari telefon sana. Giliran ditraktir aja langsung seneng.
“tapi gue traktir di McD
aja yaa, hahaha bye Shane” aku segera menutup telefonku sebelum kena marah lagi
dari mereka.
Aku mengecek jam tanganku,
sudah pukul 4 ternyata. Sudah saatnya. Aku merapikan pakaianku kemudian
mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketku. Sebuah syal abu-abu yang
berinisialkan K&S dan menyematkannya di sekeliling leherku. Segera saja aku
berjalan ke arah lift dan memencet angka 2. Lift bergemerincing naik keatas
kemudian terbuka dan memperlihatkan lorong kosong yang masih sama seperti tadi.
Aku berjalan-jalan mencari ruang perawat di lantai ini. Setelah aku menemukannya
aku segera bertanya kepada suster jaga yang ada disana.
“umm,apa Dr.Sharon masih
ada ??” tanyaku kepada suster jaga tersebut. Dia kemudian membuka sebuah buku
besar dan mengeceknya
“sepertinya dia baru saja
keluar belum lama ini” aku tampak kecewa. Belum sempat aku menanyakan kemana dia
pergi, sebuah suara menggagetkanku.
“Sharonnnn !!” seru
seseorang, begitu ku lihat darimana asal suara tersebut. Tampak seorang gadis
berambut coklat pendek yang terlihat rapi dan tampak cantik dengan bando putih
yang dia sematkan di antara rambut coklatnya. Dia tampak manis dengan baju
terusan bermotif bunga-bunga berwarna peach. Menggandeng tas berwarna putih dia
melambai-lambaikan tanganya kearahku. Sebenarnya bukan kearahku tepatnya kearah
gadis yang berjarak tidak terlalu jauh di depanku. Gadis berambut pirang
panjang tampak mengenakan jaket denim pendek yang menutupi dress coklat tua di
dalamnya. Gadis berambut pirang menghampiri gadis berambut coklat.
“apaan Ell ??” tanya Sharon
langsung
“pulang bareng yuk ??”
“umm sorry gak bisa, gue
udah ada janji” seru Sharon dengan nada memelas
“yahhh, janji sama siapa
sih ?? sama cowo lu ??” tanyanya penuh selidik.
Aku pun menghampiri dua gadis
itu, lalu menyapa mereka.
“Heiii” sapaku basa-basi. Begitu
aku menyapa mereka ekspresi gadis berambut coklat tersebut berubah. Dia terlihat
membeku dan terkejut melihat kedatanganku. Tiba-tiba tubuhnya gemetar dan
hampir jatuh yang untungnya segera diselamatkan oleh Sharon yang sigap
menahannya.
“Ellie, lu kenapa ??” tanya
Sharon cemas
“mma...mmarkkk fee...mark
feehily ??” tanya ellie dengan tubuh masih gemetaran
“yeahh....” seketika itu
juga Ellie tampak ingin berteriak tapi segera dia urungkan. Dia mendekap
mulutnya untuk menahan suaranya agar tidak keluar.
“oh my godness, i meet Mark Feehily” aku pun tersadar kalau dia
adalah salah satu fansku. Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya. Kemudian dia
memperkenalkan dirinya.
“hei namaku Ellie Foster” dia tersenyum
lebar saat berjabat tangan denganku “boleh foto ??” aku mengangguk
“sharr fotoin yaa,nanti
gantian deh” ellie memberikan handphonenya kepada Sharon
“gak usah” dengan wajah
enggan Sharon memfoto kami berdua.
“huaaaa, makasih mark” dia
tersenyum lebar “oia kenalin temenku Sharon Mcdaid” Ellie tampak memaksa Sharon
untuk berjabat tangan denganku.
“Sharon”
“Mark” kami berdua berjabat
tangan “sepertinya kita pernah bertemu ya Shar” aku menggodanya
“yeahh sepertinya” mukanya masih tampak
datar-datar saja.
“kalian pernah bertemu ??”
tanya Ellie bingung, sebelum Sharon sempat mengelak aku menjawab pertanyaanya
“iya tadi di ruang 103” langsung
saja Sharon mendelik kearahku.
“huh, kalian pernah ketemu”
Ellie siap meledak tapi diselamatkan oleh dering handphonenya yang
mengatakan bahwa dia harus segera pulang.
“oke, sepertinya aku harus
pulang sekarang. Thank you Mark I'm so
happy can meet you today, dan Sharon kamu hutang cerita kepadaku” akhirnya
dia pergi meninggalakan kami berdua.
Sharon tampak ingin beranjak
pergi tapi sebelum itu aku segera menariknya.
“ada yang perlu kita
bicarakan Shar” serangku langsung
“what ??” tanyanya dengan
wajah bingung “cepetan aku gak punya waktu”
“tapi sepertinya kamu harus punya waktu
banyak untuk ini”
“sekarang atau aku pergi ??”
aku menahannya dan menunjukan syal yang kupakai, ekspresi Sharon tampak
berubah.
“so will you Shar ??” aku mengulurkan tanganku yang diterima dengan
enggan oleh Sharon.
mmmmmmmm, nggak ada yg perlu di koment yaaaa, udah bagus siiihhhn...., sudah dapet gaya tulisanmu sendiri ...
BalasHapusudah ahh..., mantabssss !!!!
Carry on Sharron!!!! - McDaid ... :D
hahahahahaha, thanks aunt keav :3
Hapus