Origami
Mentari menelisik
masuk kamarku penuh dengan kardus-kardus menumpuk, baju-baju yang setengah
tersusun di dalam koper, puluhan buku yang masih tersusun rapi di dalam rak. Biarkanlah
itu semua aku dapat membereskannya nanti, kini aku masih membongkar buku-buku
kuliah lamaku. Lembar-lembar binder penuh coretan dari tulisan dosen di papan
tulis hingga doodle kebosananku. Tawa
kadang terlepas tiap melihat catatan yang membawaku ke masa lalu. Kusingkirkan lembar
binder tersebut, kini kuberalih pada buku-buku tebal yang sanggup membuat
pingsan seseorang bila kejatuhannya. Buku tentang berbagai ilmu ergonomi, produksi
dan macam hal lainnya. Satu buku menarik perhatiannku, de garmo itulah penulisnya. Aku ingat buku berbahasa inggris nan
tebal yang harus kubawa tiap mata kuliah dosen-paling-menyebalkan-itu, aku
tertawa lagi.
“Hahahaha, kangen juga sama buku
ini. Ibu Priti masih ngajar nggak ya di kampus?” tanyaku sambil mengambil buku
yang beratnya bisa sampai tiga kilo itu.
Aku membuka asal
halamannya dan tanpa sengaja selembar origami berbentuk hati jatuh. Mataku terpaku
aku masih menginggat origami ini, origami yang diberikan olehnya. Origami ini
pun mengambil alih pikiranku kembali ke tujuh tahun yang lalu.
“Raja!! Balikin buku de garmo aku, kamu tau kan Si Priti itu
bisa nyebelin banget kalau ada mahasiswa yang nggak bawa tuh buku keramat.” Aku
berlari mengejar Raja
“Iya nanti jam ketiga gue
balikin ke lu ya!” Raja pun berlalu dengan santainya.
Jam ketiga pun
telah berlalu, aku menunggu Raja di taman tangah kampus. Mencari sosok pria
dengan rambut cepak dan berkumis tipis itu.
Dia terlihat di ujung tangga
sana melambai kepadaku. “Lama, buruaan udah mau masuk nih kelasnya.” Raja hanya
tersenyum jahil dan segera memberikan buku itu kepadaku.
Tanpa basa-basi aku
berlari menuju kelas-terakhir-di-sorehari-dengan-dosen-paling-menyebalkan-itu,
selamatnya dosen itu belum datang saat aku sampai di kelas.
“Thanks god!” aku mengatur napas sejenak dan terpaksa harus duduk di
depan karena bangku belakang sudah penuh.
Tiga puluh menit
berlalu tanpa kehadiran Bu Priti, kemudian salah seorang temanku yang dengan
ajaib bisa dekat dengan Bu Priti memberitahukan bahwa beliau tak bisa masuk karena
harus ke dokter gigi.
“Sial.” Rutukku aku segera
keluar kelas mengendong buku de garmo itu
dan tanpa sengaja selembar origami terjatuh.
Aku segera
mengambilnya, disana tertulis sebuah puisi cinta milik shakespeer dan
pernyataan cinta dari Raja. Tak sampai kagetku selesai, Raja sudah berdiri di
depan pintu kelas tersenyum penuh arti padaku.
Kembali pada masa
ini, aku tersenyum menatap sasi bisu cinta masa mudaku. Aku tersenyum pahit,
ingin hati meremas origami tersebut menginggat segala hal yang dilakukan Raja
kepadaku. Dia baik, pria terbaik yang pernah kutemui atau mungkin pria
bertopeng terbaik yang pernah aku temui. Ia masih pria baik hingga ia dengan
teganya meninggalkanku tanpa kabar dan pulang dengan cincin dan seorang wanita
hamil digandengannya.
“Sialan!” aku meremas origami
tersebut dan melemparnya ke tong sampah.
“I hate this part
paper hearts, and I’ll hold a piece of yours...”
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
feed my blog nyoo !!