17 Jun 2015

#FF2in1 - Tebing

“Jon!” teriakan itu bergema untuk yang kesepuluh kalinya.

Aku tak mempedulikannya, tangan ini masih meraba-raba mencari celah diantara bebatuan tebing. Kakiku masih mantab berpijak di salah satu bebatuan. Mataku masih memberikan fokus terbaiknya di tebing ini dan aku terus mendaki.

“Woi, Jono istirahat dulu lu. Lu belum berhenti dari kita tracking tadi!” peringatan itu berkumandang lagi dari teman-teman di bawahku.

“Tanggung, waktunya sebentar lagi nih.” Jawabku terengah-engah, teman-temanku hanya bisa menghela napas lalu membereskan peristirahatan mereka dan bersiap-siap menyusulku.

Mata dan otakku kini difokuskan pada bebatuan tebing di depanku. Tebing ini sudah kutaklukan puluhan kali baik sendiri, bersama ASTACALA –mahasiswa pecinta alam di kampusku-, maupun bersamanya. Ya bersamanya, bersama gadis berkuncir kuda tersebut. Gadis yang berhasil mengalihkan fokus mata, otak dan hatiku dari tebing ini kepadanya. Gadis yang telah memberikan beribu makna kehidupan kepadaku. Mengajarkan arti dari sebuah cinta dan kasih sayang yang bukan melebihi orang tuaku tapi memiliki tempat tersendiri di tiap ruang hatiku. Dari semua itu pula, dia gadis yang juga merenggut semua kupu-kupu yang ia ciptakan dari perutku.

“Argh, sial.” Aku salah memegang celah tebing dan hampir membuatku terperosok jatuh bila tidak dengan sigap aku meraih batuan menojol di dekatnya.

“Fokus Jon, fokus. Tinggal beberapa meter lagi.”

Kembali aku memfokuskan diri pada tebing di depanku. Lalu mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuanku untuk memanjat sisa tebing itu. Tidak terlalu sulit juga bila aku sudah bisa fokus pada tebing di depanku. Tidak berselang lama aku sudah sampai di puncaknya, keringat sudah bercucuran membasahi kaus hitamku. Aku melihat ke bawah dan teman-temanku sudah hampir setengah jalan memanjat tebing ini.

“Woi, kalian buruaan tinggal sepuluh menit lagi nih waktunya.” Teriakku sambil melihat jam tangan yang menunjukkan waktu pukul 14:35.

Aku mendengarkan teriakan dari bawah sana menandakan bahwa dalam sepuluh menit kedepan mereka sudah akan sampai disini.

Kutelusuri puncak ini, mengorek kenangan yang seharusnya kuhilangkan. Ratusan kali mencoba maka ratusan kali pula aku gagal dan puluhan kali juga aku kembali ke tebing ini. Aku duduk di depan sebuah batu besar. Batu yang benar-benar besar hingga orang bisa duduk diatasnya. Aku menatap batu itu lama.

“Jon, sudah jam 14:45.” Dewa salah seorang temanku menyadarkanku.

Kini aku berdiri masih menatap batu besar itu, nanar. Aku mengeluarkan sebuah kotak beludru dari kantung celanaku.

“Sheila will you marry me?” aku menahan nafas, mencoba bertahan agar air mata ini tak lolos dari mataku.

Sheila orang yang membuatku jatuh hati dan membuatku benar-benar gila saat kehilangannya dua tahun lalu di tebing ini, di batu besar ini. Semuanya masih terekam jelas tentang rencanaku melamarnya di tebing ini, tentang perjalanan kami dan tentang ia yang terjatuh dari batu besar ini.

Untuk Sheila
Sahabat, Petualang dan Kekasih Hatiku
22 Jul 1990 – 23 Jul 2015

Love Jon



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

feed my blog nyoo !!

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik