MOONLIGHT
Rating : M (17+)
Genre : Adventure, Tragedy
Warning : Violance, Whodurnit, Savage, Sadisme
Summary : Kira Shirogane and Ryuki Harada has a sibbling, both of them are a great fighter. one night when the moonlight so beautiful they start their adventure
Chapter : Chapter 1
Kami pun berlari menuju gerbang itu, saat
kedua penjaga itu lengah langsung saja kuserang. Kukeluarkan katana
kebanggaanku dan langsung saja dadaku bergejolak, perasaan liar pun datang
menghampiri dan menguasaiku. Aku merasakan kebebasan yang selama ini aku
dambakan serta perasaan puas luar biasa saat dengan sekali tebas aku memotong
kepalanya. Darah segar mengucur deras dari nadi-nadi di lehernya
“arghhhh sial kepalanya gak putus
lagi” seruku kesal melihat kepala korbanku tadi yang hanya terpotong setengah.
Tanpa kusadari dari belakang ada yang ingin menyerangku, tapi gagal karena
sebelum dia menyerangku sudah ada sebilah pedah yang menembus dadanya.
“hahaha, 1-0 yaa kii-chan” seru Ryuki
girang sambil mencabut pedangnya “iuhhhh, pedang gue jadi kotor deh” seru Ryu
sambil mengelapkan pedangnya ke kimono penjaga tersebut.
“Ryu coba lihat gerbangnya ada
kodenya gak ??” perintahku kepada Ryu sambil menyingkirkan tubuh penjaga itu
dari depan gerbang dan menyembunyikannya di balik rerumputan.
“gak ada kii-chan, kayanya tuh cere
dua lupa kunci gerbangnya lagi” Ryu pun membuka gerbang, dan benar tidak ada
yang terjadi “aman kii-chan” lalu aku pun menyusulnya masuk ke dalam. Begitu
masuk kedalam kita sudah disambut oleh perkarangan taman yang sangat luas,
terkesan sangat mewah dengan kolam ikan besar yang berisi bebagai macam ikan
koi juga gazebo-gazebo yang tertata apik di sekeliling taman. Taman ini
sebenarnya tidak asing bagiku, karena aku sudah beberapa kali kesini tapi dalam
situasi yang berbeda. Mataku pun mulai menjelajahi taman itu, dan akhirnya
menemukan apa yang sedang kucari. Sebuah bangunan yang menyerupai kuil kecil
yang terletak tidak jauh dari tempat kami berada sekarang.
“ayoo Ryu aku sudah menemukannya,
pestamu baru saja dimulai” ucapku sambil berjalan menuju kuil tersebut.
Setelah sampai disana langsung saja dengan
cepat Ryu membuka pintu kuil yang berkode itu. Klik. Dengan perlahan aku
membuka pintu kuil tersebut. Langsung saja dapat kulihat lima orang penjaga
yang sedang duduk di depan puluhan monitor yang memantau keadaan rumah itu dari
camera CCTV yang tersebar di berbagai penjuru rumah ini. Kami masuk kedalam
dengan perlahan, tapi sepertinya hal itu tidak berpengaruh lagi karena langsung
saja kelima penjaga itu menyadari kedatangan kami.
“PENYUSUPPPP” seru salah seorang
penjaga dan dengan sigap dia ingin memencet tombol merah tanda bahaya, tapi
ternyata dia kalah cepat dengan Ots-38
Stechkin revolver Ryu yang dengan tepat mengenai dadanya. Darah pun
mengalir keluar mengotori lantai kuil itu.
“serangggggggg” komando seorang
penjaga dan langsung saja keempat orang yang tersisa itu menyerang kami tanpa
segan-segan mereka mengeluarkan pedang dan senjata api mereka dan siap
menyerang kami.
“heiii bukannya ini tidak adil ?? 4
lawan 2 ?? pengecut kalian” teriak Ryu dengan manja yang langsung diiringi
dengan tawa kemenangannya karena berhasil melucuti salah satu pedang penjaga
tersebut dengan katananya. “hahahaha Cuma segitu saja kemampuanmu ??” ejek Ryu,
kemudian dengan sigap penjaga itu mengeluarkan pistol dari saku celananya yang
langsung ditembakkan kearah Ryu ‘sial’. Peluru itu hampir saja mengenai kaki
Ryu tetapi meleset.
“fiuhhhh, hampir saja !!! kamu nakal
ya, tau kan kalau anak nakal hukumannya apa ??” Ryu mengeluarkan senyum
termanisnya ‘penjaga itu tidak akan selamat’ dan langsung saja dengan
senyumannya tadi Ryu menembak tangannya sehingga pistol yang dipegang penjaga
tadi terjatuh “arghhhhhhhhhhhhhhhhhh”
“hmmm, 44 Magnum Desert Eagle ?? dengan ini kamu mau membunuhku ??
hahahhaha” Ryu mengeluarkan tawa setannya lagi “ jangan mimpi !!!” DOOORR. Ryu
menembak tepat di matanya, yang membuat lubang hitam yang mengalirkan darah
merah segar tak henti-hentinya.
“arghhhhhhhhhhhhhhhhhh” teriak
penjaga itu kesakitan sambil memegang matanya
“ckk, tangguh juga kau. Tapi
berdoalah karena ini adalah malam terakhirmu” DOOOORR. Ryu menembak tepat di
mata satunya penjaga itu, kini penjaga itu seperti zombie. DOOORRR. Lagi Ryu menembak
perutnya. DOOORR.DOOORRR.DOOORRR. bertubi-tubi Ryu menembaki seluruh tubuh
penjaga itu. “huahahahahahaha rasakan itu anak nakal !!!” dan DOOORRRR tembakan
terakhir Ryu tepat mengenai kemaluan penjaga itu.
Sontak aku berteriak “RYUUUUUUU, anjrittttt
lu !!!” yang hanya dibalas dengan kedipan mata dan tawanya saja ‘BISHO’
teriakku dalam hati.
Kemudian aku kembali ke pertarunganku.
Hanya dua orang berpedang yang menjadi lawanku ‘gampangg’ langsung saja
kukeluarkan katana dan sama seperti tadi darahku mendesir hebat, adrenaliku
naik. Seperti ada yang merasukiku lagi dengan sadis aku mulai menyerang kedua
penjaga itu. Mereka tidak setara denganku, langsung saja dapat kulucuti senjata
mereka. Lalu kutusukkan pedangku ke perut salah satu penjaga dan dengan penuh
kebahagiaan kutaarik pedangku sehingga membelah perutnya. Usus-ususnya pun
mulai terurai keluar bagai cacing yang berwarna pucat dihiasi dengan warna
merah segar darah. Penjaga itu mati seketika. Serangan datang lagi dari arah
belakang. BUGH. Dia mengenai kepala bagian belakangku. “KURANG AJARRR !!!!” aku
menghajar perutnya dengan bagian pegangan katanaku dia goyah, aku menebas
kakinya lalu tangannya. Aku mencincangnya habis-habisnya. Kini dia bagaikan
seonggok daging yang sudah terkoyak-koyak
“hah puass, masih ada yang mau
bernasib seperti mereka ??” aku melihat sekelilingku sudah seperti lautan darah
disini hanya satu penjaga yang tersisa. Aku menatap tajam kearahnya “mau ??”
dia menggeleng ketakutan, aku membalasnya dengan senyuman dan DOOOORR, Ryu
menembaknya penjaga itu pun telah menyusul teman-temannya.
“Ryuuuuu”
“upss, sorry keceplosan”
“yasudahlah, cepat bereskan ini”
Kami pun langsung menyingkirkan mayat-mayat
ini ke pojok kuil ini. Selesai, aku melirik kearah monitor lalu ke Ryu.
“iya-iya gue tau” Ryu mulai sibuk
dengan monitor dan keyboard di depannya.
“hmmm, penjaga ada disetiap ruang.
Lima penjaga setiap ruangnya, tidak ada tanda-tanda yang aneh. Semuanya normal
sepertinya kedatangan kita belum diketahui oleh mereka” jelas Ryu sambil masih
sibuk dengan layar monitor dan keyboard itu.
“di mana kamar dia” tanya Ryu lagi.
Aku menelusuri tiap-tiap monitor dan menemukannya. Dalam monitor itu tergambar
ruangan tradisional jepang yang sangat mewah, lengkap dengan berbagai hiasan
naga yang tersusun rapi serta pedang-pedang yang menempel di dinding. Di dalam
situ hanya ada satu orang pria berisi dengan kimono tidurnya sedang duduk-duduk
sambil membaca buku.
“itu dia” jawabku lirih “cepat Ryu
matikan semua system keamanannya, aku sudah muak” perintahku langsung, yang
dibalas dengan muka cemberut Ryu
“iyaaaa cerewet” aku hanya bisa diam
mendengar tanggapannya. Ryu pun mengeluarkan computer kecilnya, alat yang biasa
dia gunakan untuk menghacking
computer-computer di sekolah yang alasannya cuma buat have fun. Ruangan pun mulai sunyi hanya bunyi keyboard saja yang
terdengar. Ryu terlihat sangat menikmati hal ini, daritadi dia Cuma
senyam-senyum sama ketawa gak jelas tapi masih tetap matanya terpaku pada layar
monitor dan tangannya sibuk bermain di keyboard.
“hahahahahahahahahaha” dia mulai
tertawa setan lagi “ngeremehin gue banget nih system, yang bikin anak SD kali
ya”
“selesai ??” tanyaku enteng
“menurut lu ??”
“hehhhh, yaudah ayo keluar aja udah
beres kan ??” aku pun pergi keluar meninggalkan Ryuki
“kii-chan jangan tinggalin donggg,
gak terima kasih lagi” serunya diiringi dengan muka cemberutnya
”arigatou
ryuki-sama” jawabku sambil tersenyum pahit
“kyaaaaaaa kii-chan senyum, kii-chan
senyum”
“arghhhhh, diam kau BISHO” jawabku
cemberut
“hahahahahahahaha” dia tertawa dan
mengaca-acak rambutku lagi
Begitu kami telah diluar kuil itu, Ryuki
menutup pintu kuil dan memberikan kode lagi. Agar tidak ada yang bisa masuk ke
kuil itu dan menemukan mayat-mayat itu atau penyamaran kami dapat ketahuan.
Kami memasuki taman itu lagi dan secara otomatis kakiku melangkah menuju rumah
utama. Tidak ada yang menghadang kami selama perjalanan kesana. Begitu sampai
ke depan pintu rumah utama kami menyiapkan segala perlengkapan kami. Ryuki
mengisi penuh peluru revolvernya lalu menggambil katananya dan bersiap,
sedangkan aku sudah siap dengan katanaku juga. Kami berdua pun membuka pintu
rumah utama tersebut yang menurut layar monitor CCTV di kuil tadi begitu kami
membuka pintu ini aka nada 10 orang yang berjaga. Tapi ternyata tidak, begitu
kami membuka pintunya ternyata di dalam genkan
tidak ada siapa-siapa. Sepi.
“sialllll, ini jebakan !!!” umpatku
“tapi . . . tapi bbbaagaimana bisa
aakuuu sudah yakin kalau . . . kalau . . .” gagap Ryu “sialllll monitor itu
rekaman !!! bodoh kau Ryu kenapa tidak menyadarinya” Ryu memukul daun pintu
“hehhh, ayo lanjutkan”
“apa kii ?? tapi kita gak tahu gimana
keadaan di dalam sana ??”
“hahaha, tambah menantang bukan.
Sudahlah jangan jadi pengecut gitu” Ryuki terlihat kesal dengan ucapanku tadi
tapi akhirnya dia menurutiku. Kami pun masuk kedalam rumah tersebut.
“tapi sepertinya aku berhasil
mematikan system keamanannya, buktinya tadi pas kita buka pintunya alarmnya gak
bunyi” aku hanya bisa mengiyakan setiap perkataannya, aku melihat kesekeliling
benar-benar sepi. Aku bertanya dalam hati kemana semua orang ?? untunglah
kakiku masih mengenal tempat ini. Kami memasuki sebuah ruangan, masih sepi.
Kami terus berjalan dan tiap ruangan yang kami masuki tetap seperti tidak
berpenghuni.
“arghhhh kii dimana mereka semua,
pengecut banget !!! WOIIIII KELUAR LO KALAU BERANI, BAKKA !!!” teriak Ryu tak
terkendali, aku pun tidak bisa menyalahkan. Kami pun tidak menurunkan tingkat
kewaspadaan kami dan terus melangkah menuju kamar utama di rumah ini, firasatku
mengatakan bahwa dia masih disana. Begitu memasuki suatu ruangan tiba-tiba kami
langsung dipukul oleh seseorang yang tepat mengenai ulu hatiku dan juga
dihadang oleh kira-kira 20 orang bersenjata.
“arghhhhhhhhhhhh, bakka !!!” kami
berdua terjatuh membetur dasar tatami yang terbuat dari kayu itu. Kedua orang
yang menyerang kami tadi lalu menginjak dada kami.
“bakka !!!” Ryu pun menembak penjaga
yang menginjak dirinya, ternyata meleset hanya mengenai pahanya saja tapi itu
cukup untuk membuka pertahanannya lalu Ryu pun langsung menendang perutnya dan
sukses membuatnya jatuh.
“arghhhhhhhh” aku pun tidak mau kalah
aku menusuk pergelangan kaki penjaga yang menginjakku dengan pisau kecil.
Penjaga itu pun berteriak kesakitan dan aku mengambil kesempatan ini untuk
bangun dan langsung meninju wajahnya. Penjaga itu terperanjap jatuh, aku
menendang ulu hatinya, menginjak-injak dadanya hingga dia jatuh pingsan.
“ayooo siapa lagi yang mau bernasib
sama dengan dua orang ini ??” tantangku. Tak pelak juga sekitar enam orang
penjaga menyerang kami secara bersamaan. Aku dan Ryu masing-masing melawan 3
orang. Mereka masih bisa kami hadapi tapi tak lama dari itu lebih dari 10 orang menyerang kami lagi, kami mulai
kewalahan menghadapi mereka. Aku menyerang dua orang sekaligus dan memaksanya
tunduk dengan kekutan pedangku. Sementara Ryu masih sibuk menembaki beberapa
penjaga sekaligus. Mereka seperti tiada habisnya semakin kami menghabisi
penjaga yang ada di hadapan kami, semakin banyak penjaga yang berdatangan.
“hah..hah..hah kira kita semakin
terdesak” ujar Ryu dengan nafas terengah-engah karena baru saja memukul mundur
lima orang penjaga sekaligus
Aku terdiam sejenak “Ryu tidak ada
cara lain, kau membawanya kan ??” tanyaku langsung disela pertarunganku dengan
dua orang penjaga berbadan besar.
Ryuki menggangguk dan segera menghabisi
lawan yang ada di depannya lalu pergi menjauh dari pertarungan. Dia merogoh-rogoh
tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti granat. Ryuki memberi
kode kepadaku dan aku dengan cepat menyelesaikan pertarunganku dan berlari
menjauh dari lawan. Dengan segera Ryu melemparkan granat tersebut, dan BOOM !!!
daya ledak granat tersebut lumayan besar hingga memporak-porandakan ruangan
ini. Untungnya aku berhasil keluar dari jarak ledak granat itu hingga tidak
terjadi apa-apa padaku. Setelah kekacauan itu, kami masuk kembali kedalam,
sudah terlihat puluhan tubuh bergeletakan tak bernyawa disana. Kami tidak
langsung berhenti, kami ingin menghabisi mereka semua hingga tidak ada
kehidupan di ruangan ini kecuali kami berdua. Tidak segan-segan kubunuh semua
orang yang selamat dari ledakan itu disana. Mungkin kami sudah ketahuan
sekarang, tapi kurasa mereka sudah mengetahui keberadaan kami semenjak kami
masih diluar jadi tidak perlu kami melakukan penyerangan ini dengan
sembunyi-sembunyi.
“yeahhh akhirnya mereka mati semua
!!!” seru Ryu kegirangan
BRAKKK, sebuah pintu terbuka dengan
tiba-tiba dan berhasil menggagetkan kami. Langsung saja dua orang yang membuka
pintu tadi menembak kami dengan sesuatu. Kami langsung kehilangan konsentrasi,
saat kami hendak menyerang mereka keseimbangan kami jatuh. Ruangan itu serasa
berputar-putar, suara-suara pun mulai samar terdengar dan akhirnya kami berdua
ambruk.
next Chapter 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
feed my blog nyoo !!