16 Jul 2012

Moonlight - Chapter 2


MOONLIGHT

Rating    : M (17+)
Genre     : Adventure, Tragedy
Warning : Violance, Whodurnit, Savage, Sadisme 

Summary : Kira Shirogane and Ryuki Harada has a sibbling, both of them are a great fighter. one night when the moonlight so beautiful they start their adventure

Chapter : Chapter 1


     Kami pun berlari menuju gerbang itu, saat kedua penjaga itu lengah langsung saja kuserang. Kukeluarkan katana kebanggaanku dan langsung saja dadaku bergejolak, perasaan liar pun datang menghampiri dan menguasaiku. Aku merasakan kebebasan yang selama ini aku dambakan serta perasaan puas luar biasa saat dengan sekali tebas aku memotong kepalanya. Darah segar mengucur deras dari nadi-nadi di lehernya
          “arghhhh sial kepalanya gak putus lagi” seruku kesal melihat kepala korbanku tadi yang hanya terpotong setengah. Tanpa kusadari dari belakang ada yang ingin menyerangku, tapi gagal karena sebelum dia menyerangku sudah ada sebilah pedah yang menembus dadanya.
          “hahaha, 1-0 yaa kii-chan” seru Ryuki girang sambil mencabut pedangnya “iuhhhh, pedang gue jadi kotor deh” seru Ryu sambil mengelapkan pedangnya ke kimono penjaga tersebut.
          “Ryu coba lihat gerbangnya ada kodenya gak ??” perintahku kepada Ryu sambil menyingkirkan tubuh penjaga itu dari depan gerbang dan menyembunyikannya di balik rerumputan.
          “gak ada kii-chan, kayanya tuh cere dua lupa kunci gerbangnya lagi” Ryu pun membuka gerbang, dan benar tidak ada yang terjadi “aman kii-chan” lalu aku pun menyusulnya masuk ke dalam. Begitu masuk kedalam kita sudah disambut oleh perkarangan taman yang sangat luas, terkesan sangat mewah dengan kolam ikan besar yang berisi bebagai macam ikan koi juga gazebo-gazebo yang tertata apik di sekeliling taman. Taman ini sebenarnya tidak asing bagiku, karena aku sudah beberapa kali kesini tapi dalam situasi yang berbeda. Mataku pun mulai menjelajahi taman itu, dan akhirnya menemukan apa yang sedang kucari. Sebuah bangunan yang menyerupai kuil kecil yang terletak tidak jauh dari tempat kami berada sekarang.
          “ayoo Ryu aku sudah menemukannya, pestamu baru saja dimulai” ucapku sambil berjalan menuju kuil tersebut.
     Setelah sampai disana langsung saja dengan cepat Ryu membuka pintu kuil yang berkode itu. Klik. Dengan perlahan aku membuka pintu kuil tersebut. Langsung saja dapat kulihat lima orang penjaga yang sedang duduk di depan puluhan monitor yang memantau keadaan rumah itu dari camera CCTV yang tersebar di berbagai penjuru rumah ini. Kami masuk kedalam dengan perlahan, tapi sepertinya hal itu tidak berpengaruh lagi karena langsung saja kelima penjaga itu menyadari kedatangan kami.
          “PENYUSUPPPP” seru salah seorang penjaga dan dengan sigap dia ingin memencet tombol merah tanda bahaya, tapi ternyata dia kalah cepat dengan Ots-38 Stechkin revolver Ryu yang dengan tepat mengenai dadanya. Darah pun mengalir keluar mengotori lantai kuil itu.
          “serangggggggg” komando seorang penjaga dan langsung saja keempat orang yang tersisa itu menyerang kami tanpa segan-segan mereka mengeluarkan pedang dan senjata api mereka dan siap menyerang kami.
          “heiii bukannya ini tidak adil ?? 4 lawan 2 ?? pengecut kalian” teriak Ryu dengan manja yang langsung diiringi dengan tawa kemenangannya karena berhasil melucuti salah satu pedang penjaga tersebut dengan katananya. “hahahaha Cuma segitu saja kemampuanmu ??” ejek Ryu, kemudian dengan sigap penjaga itu mengeluarkan pistol dari saku celananya yang langsung ditembakkan kearah Ryu ‘sial’. Peluru itu hampir saja mengenai kaki Ryu tetapi meleset.
          “fiuhhhh, hampir saja !!! kamu nakal ya, tau kan kalau anak nakal hukumannya apa ??” Ryu mengeluarkan senyum termanisnya ‘penjaga itu tidak akan selamat’ dan langsung saja dengan senyumannya tadi Ryu menembak tangannya sehingga pistol yang dipegang penjaga tadi terjatuh “arghhhhhhhhhhhhhhhhhh”
          “hmmm, 44 Magnum Desert Eagle ?? dengan ini kamu mau membunuhku ?? hahahhaha” Ryu mengeluarkan tawa setannya lagi “ jangan mimpi !!!” DOOORR. Ryu menembak tepat di matanya, yang membuat lubang hitam yang mengalirkan darah merah segar tak henti-hentinya.
          “arghhhhhhhhhhhhhhhhhh” teriak penjaga itu kesakitan sambil memegang matanya
          “ckk, tangguh juga kau. Tapi berdoalah karena ini adalah malam terakhirmu” DOOOORR. Ryu menembak tepat di mata satunya penjaga itu, kini penjaga itu seperti zombie. DOOORRR. Lagi Ryu menembak perutnya. DOOORR.DOOORRR.DOOORRR. bertubi-tubi Ryu menembaki seluruh tubuh penjaga itu. “huahahahahahaha rasakan itu anak nakal !!!” dan DOOORRRR tembakan terakhir Ryu tepat mengenai kemaluan penjaga itu.
     Sontak aku berteriak “RYUUUUUUU, anjrittttt lu !!!” yang hanya dibalas dengan kedipan mata dan tawanya saja ‘BISHO’ teriakku dalam hati.
     Kemudian aku kembali ke pertarunganku. Hanya dua orang berpedang yang menjadi lawanku ‘gampangg’ langsung saja kukeluarkan katana dan sama seperti tadi darahku mendesir hebat, adrenaliku naik. Seperti ada yang merasukiku lagi dengan sadis aku mulai menyerang kedua penjaga itu. Mereka tidak setara denganku, langsung saja dapat kulucuti senjata mereka. Lalu kutusukkan pedangku ke perut salah satu penjaga dan dengan penuh kebahagiaan kutaarik pedangku sehingga membelah perutnya. Usus-ususnya pun mulai terurai keluar bagai cacing yang berwarna pucat dihiasi dengan warna merah segar darah. Penjaga itu mati seketika. Serangan datang lagi dari arah belakang. BUGH. Dia mengenai kepala bagian belakangku. “KURANG AJARRR !!!!” aku menghajar perutnya dengan bagian pegangan katanaku dia goyah, aku menebas kakinya lalu tangannya. Aku mencincangnya habis-habisnya. Kini dia bagaikan seonggok daging yang sudah terkoyak-koyak
          “hah puass, masih ada yang mau bernasib seperti mereka ??” aku melihat sekelilingku sudah seperti lautan darah disini hanya satu penjaga yang tersisa. Aku menatap tajam kearahnya “mau ??” dia menggeleng ketakutan, aku membalasnya dengan senyuman dan DOOOORR, Ryu menembaknya penjaga itu pun telah menyusul teman-temannya.
          “Ryuuuuu”
          “upss, sorry keceplosan”
          “yasudahlah, cepat bereskan ini”
    Kami pun langsung menyingkirkan mayat-mayat ini ke pojok kuil ini. Selesai, aku melirik kearah monitor lalu ke Ryu.
          “iya-iya gue tau” Ryu mulai sibuk dengan monitor dan keyboard di depannya.
          “hmmm, penjaga ada disetiap ruang. Lima penjaga setiap ruangnya, tidak ada tanda-tanda yang aneh. Semuanya normal sepertinya kedatangan kita belum diketahui oleh mereka” jelas Ryu sambil masih sibuk dengan layar monitor dan keyboard itu.
          “di mana kamar dia” tanya Ryu lagi. Aku menelusuri tiap-tiap monitor dan menemukannya. Dalam monitor itu tergambar ruangan tradisional jepang yang sangat mewah, lengkap dengan berbagai hiasan naga yang tersusun rapi serta pedang-pedang yang menempel di dinding. Di dalam situ hanya ada satu orang pria berisi dengan kimono tidurnya sedang duduk-duduk sambil membaca buku.
          “itu dia” jawabku lirih “cepat Ryu matikan semua system keamanannya, aku sudah muak” perintahku langsung, yang dibalas dengan muka cemberut Ryu
          “iyaaaa cerewet” aku hanya bisa diam mendengar tanggapannya. Ryu pun mengeluarkan computer kecilnya, alat yang biasa dia gunakan untuk menghacking computer-computer di sekolah yang alasannya cuma buat have fun. Ruangan pun mulai sunyi hanya bunyi keyboard saja yang terdengar. Ryu terlihat sangat menikmati hal ini, daritadi dia Cuma senyam-senyum sama ketawa gak jelas tapi masih tetap matanya terpaku pada layar monitor dan tangannya sibuk bermain di keyboard.
          “hahahahahahahahahaha” dia mulai tertawa setan lagi “ngeremehin gue banget nih system, yang bikin anak SD kali ya”
          “selesai ??” tanyaku enteng
          “menurut lu ??”
          “hehhhh, yaudah ayo keluar aja udah beres kan ??” aku pun pergi keluar meninggalkan Ryuki
          “kii-chan jangan tinggalin donggg, gak terima kasih lagi” serunya diiringi dengan muka cemberutnya
          ”arigatou ryuki-sama” jawabku sambil tersenyum pahit
          “kyaaaaaaa kii-chan senyum, kii-chan senyum”
          “arghhhhh, diam kau BISHO” jawabku cemberut
          “hahahahahahahaha” dia tertawa dan mengaca-acak rambutku lagi
     Begitu kami telah diluar kuil itu, Ryuki menutup pintu kuil dan memberikan kode lagi. Agar tidak ada yang bisa masuk ke kuil itu dan menemukan mayat-mayat itu atau penyamaran kami dapat ketahuan. Kami memasuki taman itu lagi dan secara otomatis kakiku melangkah menuju rumah utama. Tidak ada yang menghadang kami selama perjalanan kesana. Begitu sampai ke depan pintu rumah utama kami menyiapkan segala perlengkapan kami. Ryuki mengisi penuh peluru revolvernya lalu menggambil katananya dan bersiap, sedangkan aku sudah siap dengan katanaku juga. Kami berdua pun membuka pintu rumah utama tersebut yang menurut layar monitor CCTV di kuil tadi begitu kami membuka pintu ini aka nada 10 orang yang berjaga. Tapi ternyata tidak, begitu kami membuka pintunya ternyata di dalam genkan tidak ada siapa-siapa. Sepi.
          “sialllll, ini jebakan !!!” umpatku
          “tapi . . . tapi bbbaagaimana bisa aakuuu sudah yakin kalau . . . kalau . . .” gagap Ryu “sialllll monitor itu rekaman !!! bodoh kau Ryu kenapa tidak menyadarinya” Ryu memukul daun pintu
          “hehhh, ayo lanjutkan”
          “apa kii ?? tapi kita gak tahu gimana keadaan di dalam sana ??”
          “hahaha, tambah menantang bukan. Sudahlah jangan jadi pengecut gitu” Ryuki terlihat kesal dengan ucapanku tadi tapi akhirnya dia menurutiku. Kami pun masuk kedalam rumah tersebut.
          “tapi sepertinya aku berhasil mematikan system keamanannya, buktinya tadi pas kita buka pintunya alarmnya gak bunyi” aku hanya bisa mengiyakan setiap perkataannya, aku melihat kesekeliling benar-benar sepi. Aku bertanya dalam hati kemana semua orang ?? untunglah kakiku masih mengenal tempat ini. Kami memasuki sebuah ruangan, masih sepi. Kami terus berjalan dan tiap ruangan yang kami masuki tetap seperti tidak berpenghuni.
          “arghhhh kii dimana mereka semua, pengecut banget !!! WOIIIII KELUAR LO KALAU BERANI, BAKKA !!!” teriak Ryu tak terkendali, aku pun tidak bisa menyalahkan. Kami pun tidak menurunkan tingkat kewaspadaan kami dan terus melangkah menuju kamar utama di rumah ini, firasatku mengatakan bahwa dia masih disana. Begitu memasuki suatu ruangan tiba-tiba kami langsung dipukul oleh seseorang yang tepat mengenai ulu hatiku dan juga dihadang oleh kira-kira 20 orang bersenjata.
          “arghhhhhhhhhhhh, bakka !!!” kami berdua terjatuh membetur dasar tatami yang terbuat dari kayu itu. Kedua orang yang menyerang kami tadi lalu menginjak dada kami.
          “bakka !!!” Ryu pun menembak penjaga yang menginjak dirinya, ternyata meleset hanya mengenai pahanya saja tapi itu cukup untuk membuka pertahanannya lalu Ryu pun langsung menendang perutnya dan sukses membuatnya jatuh.
          “arghhhhhhhh” aku pun tidak mau kalah aku menusuk pergelangan kaki penjaga yang menginjakku dengan pisau kecil. Penjaga itu pun berteriak kesakitan dan aku mengambil kesempatan ini untuk bangun dan langsung meninju wajahnya. Penjaga itu terperanjap jatuh, aku menendang ulu hatinya, menginjak-injak dadanya hingga dia jatuh pingsan.
          “ayooo siapa lagi yang mau bernasib sama dengan dua orang ini ??” tantangku. Tak pelak juga sekitar enam orang penjaga menyerang kami secara bersamaan. Aku dan Ryu masing-masing melawan 3 orang. Mereka masih bisa kami hadapi tapi tak lama dari itu lebih  dari 10 orang menyerang kami lagi, kami mulai kewalahan menghadapi mereka. Aku menyerang dua orang sekaligus dan memaksanya tunduk dengan kekutan pedangku. Sementara Ryu masih sibuk menembaki beberapa penjaga sekaligus. Mereka seperti tiada habisnya semakin kami menghabisi penjaga yang ada di hadapan kami, semakin banyak penjaga yang berdatangan.
          “hah..hah..hah kira kita semakin terdesak” ujar Ryu dengan nafas terengah-engah karena baru saja memukul mundur lima orang penjaga sekaligus
          Aku terdiam sejenak “Ryu tidak ada cara lain, kau membawanya kan ??” tanyaku langsung disela pertarunganku dengan dua orang penjaga berbadan besar.
     Ryuki menggangguk dan segera menghabisi lawan yang ada di depannya lalu pergi menjauh dari pertarungan. Dia merogoh-rogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti granat. Ryuki memberi kode kepadaku dan aku dengan cepat menyelesaikan pertarunganku dan berlari menjauh dari lawan. Dengan segera Ryu melemparkan granat tersebut, dan BOOM !!! daya ledak granat tersebut lumayan besar hingga memporak-porandakan ruangan ini. Untungnya aku berhasil keluar dari jarak ledak granat itu hingga tidak terjadi apa-apa padaku. Setelah kekacauan itu, kami masuk kembali kedalam, sudah terlihat puluhan tubuh bergeletakan tak bernyawa disana. Kami tidak langsung berhenti, kami ingin menghabisi mereka semua hingga tidak ada kehidupan di ruangan ini kecuali kami berdua. Tidak segan-segan kubunuh semua orang yang selamat dari ledakan itu disana. Mungkin kami sudah ketahuan sekarang, tapi kurasa mereka sudah mengetahui keberadaan kami semenjak kami masih diluar jadi tidak perlu kami melakukan penyerangan ini dengan sembunyi-sembunyi.
          “yeahhh akhirnya mereka mati semua !!!” seru Ryu kegirangan
     BRAKKK, sebuah pintu terbuka dengan tiba-tiba dan berhasil menggagetkan kami. Langsung saja dua orang yang membuka pintu tadi menembak kami dengan sesuatu. Kami langsung kehilangan konsentrasi, saat kami hendak menyerang mereka keseimbangan kami jatuh. Ruangan itu serasa berputar-putar, suara-suara pun mulai samar terdengar dan akhirnya kami berdua ambruk.

next Chapter 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

feed my blog nyoo !!

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik