Mikroba
Botol-botol kaca berisi berbagai hewan yang diawetkan adalah teman baiknya, mikroskop dan alat-alat bedah juga adalah teman baiknya. Jangan kalian kira aku tak punya teman berbentuk manusia, well memang aku tak punya. Menurutku manusia lebih rumit daripada gen atau DNA yang harus aku teliti.
Aku masih meneliti mikroba yang dibawakan seniorku beberapa minggu lalu, katanya sih jenis mikroba ini belum pernah ia lihat sebelumnya. Mungkin dengan progress penelitiaan mereka sekarang yang sudah mencapai 50% ini bisa mencatatkan nama mereka di wall of fame kampus yang berisi prestasi menakjubkan di kampus mereka, kalau bukan karena masalah itu.
Aku masih terfokus pada mikroskop di depanku, saat itu pintu lab terbuka dan aku bisa melihat dia yang tentu saja bersama wanita yang berbeda hari ini. “Ren, jangan disini ahh ada orang tuh.” Pria bernama Ren tersebut mengacuhkannya dan mulai melumat habis bibir gadis di depannya yang tentu saja dengan penuh nafsu dan sesekali meliriku penuh makna.
Aku diam tak tahan sebenarnya, aku mendesah kemudian membereskan berkas-berkasku dengan hati kesal dan mata berair. “Hei gadis mars diam disitu.” Ren menghentikan cumbuaanya pada gadis itu, menyelipkan beberapa lembar dan mengusirnya dengan kasar.
“Lu, mau apa?” aku menatapnya sinis, “gue bukan cewek murahan kaya dia!” Ren memegang tanganku, aku hanya menatapnya jijik. Ia berubah.
“Sha, gue masih sayang sama lu sha. Gue lakuin itu semua karena gue gak bisa ngelupaiin lu sha. Please maafin gue, gue gak bakal nyakitin lu lagi, gak bakal maksaiin kemauan gue lagi. Ayo Sha kita sama-sama ikut lomba itu, ayo kita bawa michi –panggilan itu mikroba temuannya—jadi juara di lomba itu dan wajah kita berdua bisa sama-sama dipajang di wall of fame seperti mimpi kita dulu.” Ren memohon dengan penuh iba.
Aku sudah muak dengannya, aku lepaskan cengkramannya tersebut. “Ren dengan kamu gonta-ganti pacar dan make out depan aku itu malah buat aku yakin 100% kalau kamu itu emang cowok brengsek!” aku membentaknya dan hendak pergi, “aku gak butuh cowo lemah kaya kamu untuk dipajang berdua sama aku di wall of fame. Goodbye Ren.”
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku